kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

The Fed Diproyeksikan Kembali Naikkan Suku Bunga Pekan Ini


Selasa, 25 Juli 2023 / 16:32 WIB
The Fed Diproyeksikan Kembali Naikkan Suku Bunga Pekan Ini
ILUSTRASI. The Fed diproyeksikan akan menaikkan suku bunga sebesar 0,25% pada minggu ini. Bahkan kebijakan kenaikan suku bunga tambahan oleh The Fed juga diproyeksikan akan terjadi hingga akhir tahun 2023.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. The Fed diproyeksikan akan menaikkan suku bunga sebesar 0,25% pada minggu ini. Bahkan kebijakan kenaikan suku bunga tambahan oleh The Fed juga diproyeksikan akan terjadi hingga akhir tahun 2023.

Dikutip dari Bloomberg, Ketua  The Fed jerome Powell nampaknya juga akan membiarkan kenaikan suku bunga tersebut. Bank Sentral AS diperkirakan akan mengumumkan keputusan kebijakan moneternya pada Rabu pukul 2:00 siang waktu setempat.

Jika kebijakan tersebut terjadi, maka kenaikan suku bunga sebesar 0,25% ini sekaligus menandai kenaikan suku bunga yang ke-11 kalinya dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat dalam hampir satu setengah tahun terakhir. Ini kemudian membawa suku bunga acuan atau suku bunga fed fund rate - berada di kisaran 5,25%-5,50%, level tertinggi dalam 22 tahun terakhir.

Tidak seperti pengumuman The Fed pada bulan Juni, keputusan minggu ini nampaknya tidak akan disertai dengan proyeksi ekonomi dari para pejabat bank sentral. Perkiraan bulan lalu menunjukkan bahwa dua kenaikan suku bunga lagi akan diperlukan pada tahun 2023 untuk membawa inflasi kembali ke target 2%.

Baca Juga: Tekanan Inflasi Turun Tapi Ada Ancaman El Nino, Bagaimana Kesiapan Indonesia?

Berdasarkan data CME Group, pasar memberikan peluang 99,8% bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga sebesar 0,25% pada hari Rabu. Para pejabat The Fed dalam beberapa minggu terakhir juga telah menegaskan terkait pergerakan suku bunga minggu ini akan menjadi awal dari proses membawa suku bunga ke puncaknya.

Powell juga baru-baru ini menyampaikan argumennya atas kenaikan suku bunga berdasarkan data ekonomi terbaru. "Jika melihat data selama kuartal terakhir, terlihat pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan awal, begitu juga dengan pasar tenaga kerja yang lebih ketat dan inflasi yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan meskipun kebijakannya ketat, namun ini tidak cukup ketat," kata Powell.

Di sisi lain Presiden The Fed Dallas Lorie Logan menyampaikan penting bagi FOMC untuk menindaklanjuti sinyal yang telah disampaikan di bulan Juni lalu. Presiden Fed San Francisco Mary Daly juga menyampaikan dukungannya untuk dua kenaikan suku bunga lagi tahun ini.

"Saya mendukung perlambatan laju pengetatan, namun juga menyadari bahwa kita mungkin akan membutuhkan beberapa kenaikan suku bunga lagi sepanjang tahun ini untuk menurunkan inflasi," kata Daly belum lama ini.

Proyeksi beragam

Para ekonom Wall Street memperkirakan pengumuman kenaikan suku bunga yang diumumkan pada hari Rabu ini akan menandai berakhirnya siklus kenaikan suku bunga agresif The Fed yang dimulai pada Maret 2022 lalu.

"Serangkaian angka inflasi selama beberapa bulan ke depan akan meyakinkan FOMC untuk membatalkan rencana pengetatan lebih lanjut setelahnya, langkah Fed berikutnya kemungkinan adalah penurunan suku bunga tahun depan," kata Andrew Hunter, Wakil Kepala Ekonom AS di Capital Economics.

Awal bulan ini, data inflasi menunjukkan harga konsumen di bulan Juni naik pada laju paling lambat sejak Maret 2021 dengan IHK utama naik 3%. Pada basis "inti" kecuali biaya makanan dan gas - inflasi naik 4,8% dibandingkan tahun sebelumnya. The Fed menargetkan inflasi 2%.

Baca Juga: BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75% pada Juli 2023

Data PCE menyampaikan ukuran inflasi yang lebih disukai Fed, menunjukkan harga-harga naik 4,6% dibandingkan tahun sebelumnya di bulan Mei.

Luke Tilley, Kepala Ekonom di Wilmington Trust, mengatakan kebijakan kenaikan suku bunga pada Juli ini sekaligus menandai berakhirnya kampanye kenaikan suku bunga the Fed. Ini terlihat pada inflasi yang telah menurun dan kemungkinan akan berada di bawah perkiraan Fed dalam beberapa bulan mendatang - dengan penurunan harga sewa yang menyeret inflasi turun tajam di kuartal terakhir tahun ini.

Mengingat dinamika ini, Tilley memproyeksikan kenaikan suku bunga minggu ini akan menjadi langkah yang terlalu jauh. "Saya rasa suku bunga saat ini seharusnya sudah mencapai puncaknya," ujar Tilley.

Sebaliknya, tim ekonomi di Bank of America Global Research yang dipimpin oleh Michael Gapen memperkirakan The Fed akan mengikuti perkiraan saat ini, menaikkan suku bunga minggu ini dan akan menaikkan sekali lagi sebelum akhir tahun 2023.

"Meskipun kami memperkirakan The Fed akan mempertahankan bias ke atas pada jalur suku bunga kebijakannya, Powell tidak akan banyak bicara mengenai seberapa banyak, dan kapan kenaikan suku bunga kebijakan tambahan akan dilakukan," katanya.

Proyeksi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada bulan September 2023 untuk kenaikan terakhir dalam siklus ini.

Namun, kemungkin The Fed melangkah terlalu jauh.  Tilley menjadi lebih optimis bahwa ekonomi dapat mencapai "soft landing," di mana inflasi kembali ke target the Fed tanpa membuat ekonomi jatuh ke dalam resesi.

"Saya berada di sisi yang lebih optimis, karena data inflasi telah turun, bahkan dengan pasar tenaga kerja yang kuat, pendaratan lunak menjadi semakin nyata," katanya.

Baca Juga: Jaga Pertumbuhan Ekonomi, BI Diramal Akan Tahan Suku Bunga Lagi


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×