Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar AS mendekati level tertinggi dua bulan pada perdagangan Kamis (31/7/2025), setelah Ketua The Fed Jerome Powell mempertahankan pendekatan hati-hati dalam kebijakan suku bunga dan belum memberikan sinyal jelas soal waktu penurunan suku bunga.
Greenback juga berada di jalur untuk mencatatkan penguatan bulanan pertama sepanjang 2025, didukung oleh nada hawkish dari bank sentral AS serta ketahanan ekonomi Negeri Paman Sam.
Baca Juga: Sikap Hati-Hati The Fed Paksa Pasar Pangkas Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga
Di saat bersamaan, ketidakpastian terkait tarif global mulai mereda seiring tercapainya sejumlah kesepakatan dagang baru oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
Indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama stabil di level 99,77, mendekati puncak dua bulan di 99,987 yang tercapai sehari sebelumnya. Sepanjang Juli, indeks ini menguat lebih dari 3%.
Pada awal tahun, kekhawatiran atas dampak tarif Trump yang kacau dan potensi penurunan status dolar sempat membuat greenback tertekan. Namun, sentimen itu kini memudar, membuka ruang bagi penguatan dolar.
"Kita melihat korelasi klasik masih berlaku, yakni ketika The Fed bersikap hawkish, imbal hasil obligasi tenor pendek naik, dolar menguat, dan pasar saham cenderung melemah," ujar Rodrigo Catril, Senior Currency Strategist di National Australia Bank.
"Pernyataan Powell juga memperkuat persepsi bahwa The Fed masih berada dalam kendali."
Euro naik tipis 0,25% ke level US$ 1,1433, setelah menyentuh level terendah tujuh pekan di sesi sebelumnya. Namun, mata uang tunggal ini masih mencatat pelemahan bulanan sekitar 3%.
Baca Juga: Pertama Kali Sejak 1993 Voting Terbelah, The Fed Tetap Pertahankan Bunga 4,25%-4,5%
Poundsterling Inggris juga tertekan di dekat level terendah 2,5 bulan, berada di posisi US$ 1,3248, dan menuju pelemahan bulanan 3,5%.
Pasar kini memangkas ekspektasi penurunan suku bunga The Fed di sisa tahun ini. Peluang pemangkasan hanya diperkirakan sekitar 35 basis poin hingga Desember, setelah pernyataan Powell yang menyebut masih terlalu dini untuk pelonggaran.
Di sisi lain, gejolak tarif global masih menjadi perhatian pasar menjelang tenggat 1 Agustus, di mana negara-negara harus menyepakati perjanjian dagang dengan AS atau menghadapi tarif tinggi.
Korea Selatan menjadi negara terbaru yang mencapai kesepakatan dengan AS, setelah Trump mengumumkan tarif 15% atas barang impor dari sekutu utama Asia tersebut.
Won Korea menguat 0,3% ke posisi 1.389,20 per dolar menyusul pengumuman itu.
Trump juga mengenakan tarif 50% atas sebagian besar barang dari Brasil, dan menyebut pembicaraan dagang dengan India masih berlangsung.
Baca Juga: Pernyataan Hasil FOMC Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) 30 Juli 2025
Pasar Menanti Keputusan BOJ
Fokus investor Asia kini beralih ke keputusan kebijakan Bank of Japan (BOJ), yang dijadwalkan pada Kamis.
BOJ diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan, namun pasar mencermati pernyataan Gubernur Kazuo Ueda soal peluang kenaikan suku bunga tambahan tahun ini.
Yen Jepang berada di level 149,29 per dolar, mendekati titik terendah empat bulan dan menuju pelemahan bulanan sebesar 3,5%.
"Untuk jangka pendek, risiko mulai condong ke arah kebijakan yang lebih hawkish, terutama jika ekspektasi inflasi menguat atau konsumsi rumah tangga pulih signifikan," ujar Howe Chung Wan, Kepala Investasi Pendapatan Tetap Asia di Principal Asset Management.
Baca Juga: Wall Street Menguat, Investor Mencerna Data PDB dan Menanti Keputusan The Fed
"Namun, BOJ masih cenderung memilih fleksibilitas dan stabilitas ketimbang pengetatan prematur."
Sementara itu, dolar Australia menguat tipis 0,13% ke US$ 0,6443, setelah anjlok lebih dari 1% sehari sebelumnya. AUD menuju pelemahan bulanan sekitar 2%.
Dolar Selandia Baru naik 0,2% ke US$ 0,5906, setelah juga terkoreksi lebih dari 1% di sesi Rabu. NZD diperkirakan turun sekitar 3% selama Juli.