Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Banyak negara, mulai India hingga Filipina, yang berjuang melawan pandemi virus corona baru, kemungkinan juga akan memerangi krisis terkait cuaca buruk, dari gelombang panas sampai badai dalam beberapa bulan mendatang.
Di India yang saat ini sedang lokcdown dengan lebih dari 12.000 kasus virus corona terkonfirmasi, Kamal Kishore, Anggota Badan Manajemen Bencana Nasional India, mengatakan, musim topan akan bergulir dalam dua minggu ke depan.
"Untuk mempertahankan kebijakan jarak sosial, India perlu menggandakan ruang yang tersedia untuk melindungi orang dari cuaca ekstrem," katanya dalam sebuah webinar yang digelar Badan PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR), Kamis (16/4), seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Angka kematian akibat corona di Wuhan melonjak 50% jadi 3.869, ada apa?
Itu berarti, Kishore menyebutkan, sekolah dan perguruan tinggi yang saat ini tutup akibat wabah virus corona serta bangunan lainnya mungkin perlu Pemeritah Indah ubah menjadi tempat penampungan.
Mei dan Juni juga merupakan bulan terpanas untuk India dan Pakistan. Para ilmuwan memperingatkan, orang-orang tanpa akses yang memadai ke pendingin atau air yang cukup bisa menghadapi risiko kesehatan, terutama selama penguncian.
Gelombang panas hebat Mei dan Juni tahun lalu menyebabkan banyak kematian di India.
Dengan rumahsakit yang sudah penuh pasien Covid-19, "Kami benar-benar harus bekerja sangat keras tahun ini untuk memastikan kami meminimalkan beban terkait gelombang panas pada rumahsakit," ujar Kishore.
Badai Pasifik
Sementara di Vanuatu, Sanaka Samarasinha, koordinator warga Amerika Serikat di Fiji, mengatakan, sekitar 160.000 orang membutuhkan bantuan setelah Topan Harold merobek-robek negara kepulauan di Pasifik Selatan pekan lalu.
"Semua hasil panen telah hancur," katanya kepada Reuters. "Jika musim tanam baru tidak cepat ditanam, kita akan melihat kerawanan pangan untuk beberapa waktu," ucap dia memperingatkan.
Baca Juga: Banyak yang langgar lockdown, Duterte ancam terapkan darurat militer
Bencana itu memaksa Pemerintah Vanuatu mengumumkan keadaan darurat kedua pada 11 April, setelah sebelumnya melarang pertemuan massal untuk mencegah penularan virus korona. Vanuatu belum punya satu kasus pun hingga 15 April.
Sedang pulau-pulau di Pasifik Utara, Lemau Afamasaga dari Palang Merah Palau menyatakan, mungkin harus bersaing dengan kondisi seperti kekeringan dan juga virus corona.
"Dalam beberapa bulan terakhir, virus corona mendorong masyarakat setempat untuk mencuci tangan mereka. Tetapi, kami ditanya, bagaimana cara kami mencuci tangan ketika kekurangan air?" katanya.
Filipina, sementara itu, memiliki lebih dari 5.600 kasus Covid-19, tertinggi kedua di Asia Tenggara, serta ribuan orang yang terlantar akibat letusan gunung berapi pada Januari dan topan tahun lalu.
Elizabeth Zavalla, Sekretaris Jenderal Palang Merah Filipina, mengatakan, lembaganya mengelola pusat panggilan 24 jam tentang virus corona dan mendistribusikan bantuan kepada para korban bencana.
Musim hujan di Filipina bergulir pada Mei. "Namun sebagian besar dari lebih 20 badai di Filipina setiap tahun terjadi antara Juni dan Agustus," ungkap Zavalla kepada Reuters.
Baca Juga: Laporkan 623 infeksi baru, kasus corona di Singapura tembus 5.000
Ketika negara-negara Asia dan Pasifik bersiap-siap untuk menangani wabah virus corona sekaligus cuaca ekstrem pada saat yang sama, sangat penting tim tanggap bencana dilengkapi dengan peralatan perlindungan pribadi dan dukungan psikologis.
"Covid-19 adalah krisis yang tidak akan hilang dalam dua atau tiga minggu," kata Kishore. "Itu akan memakan waktu berbulan-bulan dan bulan-bulan itu juga akan bertepatan dengan banjir, angin topan, dan gelombang panas".