kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.922   8,00   0,05%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Tinggalkan Pola Pikir Miskin Jika Ingin Kaya, Ganti dengan Pola Pikir Hemat


Senin, 21 Oktober 2024 / 03:52 WIB
Tinggalkan Pola Pikir Miskin Jika Ingin Kaya, Ganti dengan Pola Pikir Hemat
ILUSTRASI. Riset mengungkapkan perbedaan signifikan antara pola pikir dan perilaku orang hemat dengan orang miskin. Foto: DOK Shutterstock


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Meskipun secara sekilas berhemat dan kemiskinan mungkin tampak serupa, riset mengungkapkan perbedaan signifikan antara pola pikir dan perilaku orang yang berhemat dengan mereka yang berpola pikir kemiskinan. 

Mengenali perbedaan ini memungkinkan orang untuk mengembangkan praktik keuangan yang lebih sehat dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. 

Mengutip New Trader U, berikut sepuluh perbedaan penting antara pola pikir hemat dan pola pikir miskin didasarkan pada temuan penelitian:

1. Pendekatan terhadap Pengeluaran

Orang yang berhemat membelanjakan uang dengan sengaja dan strategis. Mereka memprioritaskan untuk mendapatkan hasil maksimal dari uang yang mereka keluarkan dan rela membayar lebih untuk barang berkualitas tinggi dan tahan lama. 

Pembeli yang hemat mungkin memilih pembuat kopi seharga Rp 1.000.000 yang bertahan sepuluh tahun daripada model seharga US$ 300.000 yang mudah rusak.

Sebaliknya, mereka yang berpola pikir kemiskinan cenderung melakukan pembelian impulsif atau memangkas pengeluaran secara drastis. Mereka sering memilih opsi yang paling murah tanpa mempertimbangkan kualitas atau nilai jangka panjang.

Tonton: Baby Boomer Generasi Terkaya yang Pernah Ada, Siapa Generasi yang Jadi Pecundang?

2. Pandangan terhadap Sumber Daya

Orang yang hemat menganggap sumber daya berlimpah dan berfokus pada penggunaannya secara bijaksana. Mereka percaya selalu ada cara untuk menghasilkan nilai dan meningkatkan kondisi keuangan mereka.

Pola pikir miskin menganggap sumber daya langka dan terbatas. Pandangan kelangkaan ini dapat memicu kecenderungan menimbun dan kesulitan menemukan peluang.

3. Sikap terhadap Risiko

Meskipun berhati-hati, orang yang hemat sering kali mengambil risiko yang direncanakan dengan baik, khususnya yang berkaitan dengan investasi dengan potensi keuntungan finansial jangka panjang.

Mereka yang memiliki pola pikir kemiskinan biasanya menghindari semua risiko finansial yang dirasakan, meskipun mungkin ada keuntungan.

4. Orientasi Waktu

Berhemat melibatkan pemikiran dan perencanaan jangka panjang untuk stabilitas dan tujuan keuangan di masa depan. Orang yang hemat menunda keinginan langsung demi imbalan masa depan yang lebih besar.

Pola pikir miskin berfokus pada kelangsungan hidup jangka pendek dan kepuasan instan. Hal ini terkadang mengarah pada pilihan yang menawarkan kelegaan sementara tetapi menyebabkan kerugian jangka panjang.

Baca Juga: Milenial Generasi Paling Miskin, Baby Boomer Generasi Terkaya

5. Sikap terhadap Pembelajaran

Orang yang hemat dengan bersemangat mengejar pengetahuan keuangan pribadi, investasi, dan pengoptimalan sumber daya. Mereka menganggap pendidikan sebagai investasi yang berharga.

Mereka yang memiliki pola pikir miskin mungkin merasa kurang termotivasi untuk mencari pendidikan keuangan atau peluang belajar, merasa kewalahan atau percaya bahwa kesuksesan finansial tidak dapat dicapai.

Baca Juga: Ini Nilai Kekayaan Bersih yang Mendefinisikan Kelas Atas, Menengah, dan Bawah

6. Pandangan tentang Pekerjaan dan Pendapatan

Orang yang hemat sering kali meningkatkan pendapatan mereka melalui pekerjaan sampingan, pekerjaan lepas, atau kemajuan profesional. Mereka mengenali berbagai cara untuk mendapatkan uang.

Pola pikir kemiskinan dapat mengarah pada pandangan yang kaku tentang potensi penghasilan, dengan asumsi bahwa kapasitas pendapatan seseorang dibatasi atau telah ditentukan sebelumnya.

7. Hubungan dengan Uang

Orang yang hemat biasanya memiliki hubungan yang positif dengan uang, melihatnya sebagai sarana untuk mencapai tujuan mereka daripada tujuan akhir. Mereka merasa memegang kendali atas keuangan mereka.

Mereka yang memiliki pola pikir miskin sering kali memiliki hubungan yang tegang dengan uang, mengalami kecemasan atau keputusasaan finansial. Mereka mungkin merasa uang memiliki kekuasaan atas mereka, bukan sebaliknya.

8. Perbandingan Sosial

Orang yang hemat jarang membandingkan diri mereka sendiri atau menyerah pada tekanan sosial untuk menyamai pengeluaran orang lain. Mereka merasa nyaman hidup di bawah kemampuan mereka untuk memenuhi tujuan keuangan mereka.

Pola pikir miskin dapat memicu perbandingan sosial yang tidak sehat, rasa malu tentang situasi keuangan seseorang, atau upaya untuk tampak lebih kaya daripada kenyataan.

Baca Juga: 5 Aset Paling Sering Diinvestasikan oleh Kelompok Tajir Melintir, Apa Saja?

9. Pendekatan Pemecahan Masalah

Orang yang hemat cenderung memecahkan masalah secara kreatif, menemukan cara inovatif untuk memenuhi kebutuhan mereka sambil mengurangi pengeluaran. Mereka memandang tantangan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.

Mereka yang memiliki pola pikir miskin mungkin merasa kalah oleh kendala keuangan dan gagal mengidentifikasi solusi. Mereka terkadang bergantung pada perbaikan jangka pendek atau menyerah saat menghadapi kesulitan.

10. Sikap terhadap Kekayaan

Orang yang hemat biasanya memiliki pandangan optimis tentang kekayaan, percaya bahwa itu dapat dicapai melalui pilihan keuangan yang cerdas dan ketekunan. Mereka menganggap berhemat sebagai jalan menuju kebebasan finansial.

Pola pikir miskin mungkin memiliki keyakinan pesimis tentang kekayaan dan orang kaya, menganggap kesuksesan finansial tidak dapat dicapai atau eksklusif.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×