CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Perbedaan Pola Pikir Orang Kaya dengan Orang Miskin Menurut Robert Kiyosaki


Selasa, 15 Oktober 2024 / 03:55 WIB
Perbedaan Pola Pikir Orang Kaya dengan Orang Miskin Menurut Robert Kiyosaki
ILUSTRASI. Orang kaya tidak bekerja demi uang, mereka bekerja untuk membangun dan memperoleh aset.


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Pernah dengar istilah 'the rich don't work for money' atau orang kaya tidak bekerja untuk uang?

Nah, mungkin Anda mengenal seseorang yang bekerja demi uang dan berpenghasilan banyak. Tidak peduli berapa banyak penghasilan mereka, semuanya akan berakhir. 

Bekerja demi uang hanya akan menjadikan Anda berpenghasilan tinggi. Hal itu tidak membuat orang menjadi kaya. 

Banyak pemain olahraga dan artis saat ini adalah pencari nafkah. Dan sebagian besar bangkrut setelah masa jaya mereka usai. 

Mereka yang berpenghasilan tinggi mungkin terlihat seperti orang kaya, namun sebenarnya tidak. 

Robert Kiyosaki, penulis buku Rich Dad Poor Dad, merupakan salah seorang tokoh yang ikut menggaungkan istilah 'the rich don't work for money'

Melansir New Trader U, Robert Kiyosaki menekankan bahwa orang kaya memiliki pola pikir yang berbeda dengan orang miskin atau kelas menengah. 

Orang kaya akan fokus pada pengendalian ekonomi internal, filosofi, dan keuangan mereka daripada menyalahkan faktor eksternal. 

Orang kaya tidak bekerja demi uang, mereka bekerja untuk membangun dan memperoleh aset.

Baca Juga: Robert Kiyosaki Bocorkan 4 Aset Pendapatan Pasif yang Bisa Dilirik Investor

Kiyosaki meramalkan tantangan ekonomi besar yang akan datang seiring dengan meningkatnya globalisasi. Meskipun hal ini tampak menakutkan, masyarakat kaya melihatnya sebagai peluang, sedangkan masyarakat miskin hanya melihat bahayanya. 

Menurut Kiyosaki, orang-orang kaya melihat krisis dan kehancuran sebagai peluang untuk memperoleh aset-aset yang nilainya terlalu rendah, memulai bisnis baru, dan berinvestasi dalam inovasi. 

Orang-orang yang mengalami kemiskinan menyesali kondisi perekonomian dan sering kali memperburuk keadaan dengan menanggung lebih banyak hutang dan kewajiban. 

Orang kaya tahu cara mendapatkan keuntungan, apa pun kondisi eksternalnya. 

“Saya menghasilkan lebih banyak uang saat harga jatuh dibandingkan saat harga naik,” kata Kiyosaki.

Baca Juga: Rumus Warren Buffett untuk Menghitung Dana Pensiun, Yuk Dicoba!



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×