Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - SRINAGAR. Sebanyak 26 orang tewas dan 17 lainnya luka-luka dalam serangan senjata api terhadap rombongan wisatawan di wilayah Jammu dan Kashmir, India.
Serangan tersebut terjadi pada Selasa di lembah Baisaran, kawasan Pahalgam yang dikenal indah dan menjadi tujuan wisata populer di Himalaya.
Menurut keterangan kepolisian, korban tewas terdiri dari 25 warga India dan satu warga negara Nepal. Serangan ini menjadi yang paling mematikan terhadap warga sipil di India sejak serangan Mumbai tahun 2008.
Perdana Menteri Narendra Modi segera mempersingkat kunjungannya ke Arab Saudi dan kembali ke New Delhi. Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman juga menghentikan kunjungannya ke AS dan Peru untuk kembali ke India.
Tuntutan Kelompok Militan “Kashmir Resistance”
Kelompok militan "Kashmir Resistance" mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini melalui pesan di media sosial. Mereka menuduh para korban memiliki hubungan dengan lembaga keamanan India dan bukan wisatawan biasa.
Baca Juga: Air India Tantang Malaysia Aviation, Rebut Pesawat Boeing yang Ditolak Maskapai China
Setelah kejadian, ratusan personel keamanan dikerahkan ke lokasi dan melakukan operasi penyisiran di hutan-hutan sekitar. Polisi juga merilis sketsa tiga dari empat tersangka pelaku, yang mengenakan pakaian tradisional dan salah satunya memakai kamera di tubuh.
Lebih dari selusin organisasi lokal menyerukan penutupan aktivitas (shutdown) sebagai bentuk protes terhadap serangan ini. Banyak sekolah menghentikan kegiatan dan masyarakat menggelar unjuk rasa dengan slogan seperti "Berhenti membunuh warga tak bersalah" dan "Wisatawan adalah hidup kami".
Eksodus Wisatawan dan Respons Pemerintah
Pemerintah mengatur penerbangan tambahan dari Srinagar ke Delhi dan Mumbai untuk membantu evakuasi wisatawan. Banyak wisatawan memutuskan mengakhiri kunjungan mereka lebih awal karena khawatir akan keselamatan.
Mantan Ketua Menteri Mehbooba Mufti menyampaikan rasa malu dan duka, sementara Ketua Menteri saat ini, Omar Abdullah, menyebut eksodus wisatawan sebagai hal yang menyakitkan dan menyerukan perlawanan terhadap kekerasan.
Baca Juga: Starlink Mendarat di India! Elon Musk dan Ambani Buat Kesepakatan Layanan Internet
Latar Belakang Konflik dan Perubahan Status Kashmir
Wilayah Kashmir telah dilanda kekerasan sejak pemberontakan anti-India dimulai tahun 1989. India mencabut status otonomi khusus Jammu dan Kashmir pada 2019, memungkinkan penduduk dari luar untuk menetap dan memiliki tanah di wilayah tersebut—langkah yang ditentang oleh Pakistan dan sebagian besar penduduk lokal.
Serangan terhadap wisatawan di Kashmir jarang terjadi, tetapi meningkat belakangan ini. Sebelumnya, pada Juni 2024, serangan serupa menyebabkan 9 tewas dan 33 luka-luka saat sebuah bus peziarah Hindu jatuh ke jurang setelah diserang militan.