Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir mengidentifikasi China sebagai pesaing geopolitik utama dan satu-satunya negara yang mampu menyaingi kekuatan ekonomi dan militer AS.
Meski demikian, Trump tetap memuji Xi, termasuk atas ketangguhan dan kemampuannya memimpin tanpa batasan masa jabatan, yang tidak dimiliki oleh presiden AS.
Trump telah lama mendorong diadakannya panggilan atau pertemuan dengan Xi, namun China enggan menyetujuinya karena lebih memilih menyusun rincian kesepakatan terlebih dahulu sebelum melibatkan para pemimpin. Bagi Trump dan timnya, pembicaraan antar pemimpin dianggap krusial untuk membuka jalan keluar dari kebuntuan negosiasi di tingkat bawah.
Baca Juga: Trump: Warga AS Bisa Merasakan Penderitaan Akibat Perang Dagang
Pemerintah China menyebut bahwa panggilan telepon tersebut dilakukan atas permintaan Trump. Tidak jelas kapan terakhir kali kedua pemimpin itu berbicara. Kedua belah pihak mengklaim telah melakukan pembicaraan pada 17 Januari, beberapa hari sebelum pelantikan Trump.
Namun, China menyatakan tidak ada panggilan telepon baru yang dilakukan sejak saat itu.
Pembicaraan ini diawasi ketat oleh para investor, mengingat kekhawatiran bahwa konflik dagang dapat mengganggu rantai pasok global menjelang musim belanja Natal. Tarif yang diberlakukan Trump juga sedang menjadi subjek gugatan hukum di pengadilan AS.
Trump dan Xi pernah bertemu dalam beberapa kesempatan, termasuk kunjungan kenegaraan pada 2017. Namun, mereka belum pernah bertatap muka secara langsung sejak pertemuan G20 di Osaka pada 2019.
Baca Juga: Harga Emas Tembus US$3.200 Jumat (11/4), Dolar Lesu di Tengah Panas Perang Dagang
Xi terakhir kali mengunjungi AS pada November 2023 dalam pertemuan puncak dengan Presiden Joe Biden yang menghasilkan kesepakatan untuk melanjutkan komunikasi militer dan menekan produksi fentanil.