Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Rencana potensi serangan militer Amerika Serikat (AS) terhadap Iran telah memunculkan perpecahan di kalangan pendukung inti Presiden Donald Trump.
Koalisi Make America Great Again (MAGA) yang membawanya ke tampuk kekuasaan kini terbagi, dengan sebagian menyerukan agar AS tidak kembali terseret dalam konflik militer di Timur Tengah.
Beberapa tokoh utama dari Partai Republik yang selama ini menjadi sekutu Trump, termasuk mantan penasihat senior Steve Bannon, menyuarakan keberatan terhadap kemungkinan keterlibatan militer AS dalam upaya Israel menghentikan program nuklir Iran.
Baca Juga: Ribuan Orang Mengungsi dari Teheran, Trump Pertimbangkan Ikut Israel Serang Iran
"Kita tidak dapat melakukan ini lagi," kata Bannon dalam sebuah forum yang diselenggarakan oleh Christian Science Monitor di Washington. "Kita akan menghancurkan negara ini. Kita tidak dapat memiliki Irak lain."
Kelompok antiintervensi dalam Partai Republik waspada terhadap perubahan sikap Trump yang sebelumnya condong pada pendekatan diplomatik, namun kini mempertimbangkan dukungan militer terhadap Israel, termasuk penggunaan bom penghancur bunker seberat 30.000 pon.
Iran telah memperingatkan bahwa jika AS terlibat dalam serangan, akan ada konsekuensi besar terhadap warga Amerika, meski tanpa merinci ancamannya.
Langkah Trump untuk terlibat dalam konflik militer akan menjadi penyimpangan dari sikap hati-hati yang selama ini ia tunjukkan dalam urusan luar negeri.
Hal ini juga berisiko mengganggu fokus diplomasi yang tengah ia bangun, termasuk upaya mengakhiri perang Ukraina dan menyusun kesepakatan tarif internasional.
Baca Juga: Israel Dirumorkan Bakal Serang Iran pada Pertengahan Tahun 2025
Basis MAGA yang mengantarkannya menang pada Pilpres 2016 dan 2024 tetap menjadi kunci politiknya, meskipun ia tak dapat mencalonkan diri lagi karena dibatasi konstitusi.
Perpecahan di kalangan ini dapat merusak popularitas Trump dan mempengaruhi peluang Partai Republik dalam pemilu paruh waktu 2026.
Trump: Iran Tidak Boleh Miliki Senjata Nuklir
Menanggapi isu perpecahan, Trump mengaku tak khawatir.
“Pendukung saya lebih mencintai saya hari ini, dan saya lebih mencintai mereka daripada saat pemilihan,” ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih. Ia menegaskan satu tujuan: “Saya hanya menginginkan satu hal: Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir.”
Trump mengakui ada ketidaksepakatan di kalangan pendukung, namun yakin sebagian besar akan tetap mendukungnya.
"Saya tidak ingin berperang. Tetapi jika harus memilih antara perang atau Iran punya senjata nuklir, maka Anda harus melakukan apa yang perlu dilakukan," tegasnya.
Baca Juga: Israel Serang Iran, Ketegangan Nuklir Memuncak
Marc Short, mantan Direktur Legislatif Trump dan sekutu Mike Pence, menyebut perpecahan soal Iran sebagai perpecahan yang cukup besar, tetapi ia memperkirakan loyalitas basis MAGA akan tetap utuh.
Menurutnya, dukungan terhadap Israel justru dapat memperkuat posisi politik Trump, mengingat mayoritas pemilih konservatif mendukung posisi tersebut.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos Maret lalu menunjukkan bahwa 48% pemilih Partai Republik mendukung penggunaan kekuatan militer untuk membela Israel, dibandingkan dengan 28% yang tidak setuju. Sebaliknya, hanya 25% pemilih Demokrat yang setuju dan 52% menolak.
Pejabat intelijen AS khawatir jika Iran berhasil mengembangkan senjata nuklir, hal itu akan memicu perlombaan senjata di Timur Tengah. Sementara Teheran membantah niat membuat senjata nuklir, Israel meyakini sebaliknya dan merasa terancam.
Tekanan dari Dalam Basis MAGA
Bannon, yang kini mengelola podcast War Room, menyatakan bahwa Trump sebaiknya menunda keterlibatan AS dan memperjelas dasar pengambilan keputusannya.
“Ini adalah salah satu peradaban tertua di dunia, dengan 92 juta orang. Ini bukan sesuatu yang bisa Anda mainkan. Anda harus memikirkannya secara matang dan rakyat Amerika harus mendukungnya,” kata Bannon.
Tokoh MAGA lainnya yang juga menyuarakan kekhawatiran termasuk mantan pembawa acara Fox News, Tucker Carlson, dan anggota Kongres Marjorie Taylor Greene.
Baca Juga: Donald Trump Kirim Surat kepada Pemimpin Iran, Apa Isinya?
“Siapa pun yang mendorong keterlibatan penuh AS dalam perang Israel/Iran bukanlah bagian dari gerakan America First/MAGA,” tulis Greene di media sosial. “Kami muak dan lelah dengan perang asing.”
Carlson bahkan terlibat adu argumen dengan Senator Ted Cruz dalam program streamingnya. Dalam sebuah klip viral, Carlson menuduh Cruz mendorong perubahan rezim di Iran. “Anda tidak tahu apa pun tentang Iran!” serunya, disambut tanggapan sarkastik Cruz, “Saya bukan pakar Iran seperti Tucker Carlson.”
Wakil Presiden JD Vance berupaya meredam ketegangan dengan menyampaikan bahwa kekhawatiran publik terhadap kebijakan luar negeri dapat dimaklumi. “Namun, saya yakin presiden telah mendapatkan kepercayaan dalam masalah ini,” ujarnya lewat media sosial.
Baca Juga: Ketegangan Timur Tengah Meningkat, AS Siap Serang Iran?
Saat ini, baik pendukung maupun penentang tengah menunggu langkah Trump berikutnya. Pada Rabu sore, ia menyatakan masih mempertimbangkan beberapa opsi, namun belum membuat keputusan akhir.