Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China mendesak Amerika Serikat untuk menghentikan perbuatan keliru setelah pemerintahan Donald Trump memerintahkan pembatasan pada perusahaan asal China dan Rusia yang memiliki hubungan militer untuk membeli barang-barang asal AS.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan Amerika Serikat telah menyalahgunakan konsep keamanan nasional untuk menindak perusahaan asing.
Sebelumnya pemerintahan Trump menerbitkan daftar perusahaan China dan Rusia dengan dugaan hubungan militer yang membatasi mereka untuk membeli berbagai barang dan teknologi AS.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Sinovac asal China terbukti efektif dalam uji coba di Brasil
Reuters melaporkan bahwa bulan lalu bahwa Departemen Perdagangan AS menyusun daftar perusahaan yang terkait dengan militer China atau Rusia. Daftar terakhir tidak termasuk Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC), atau anak perusahaan Arrow Electronics dari Colorado dan TTI Inc yang berbasis di Texas, Hong Kong, distributor elektronik Berkshire Hathaway. Perusahaan-perusahaan itu ada dalam daftar draf yang dilihat oleh Reuters.
Daftar akhir menyebutkan 103 entitas, 14 lebih sedikit dari pada daftar draf yang dilihat oleh Reuters pada bulan November. Ada 58 entitas ditetapkan di bawah China, turun dari 89, dan 45 entitas terkait dengan Rusia, naik dari 28.
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan langkah tersebut menetapkan proses baru untuk membantu eksportir dalam menyaring pelanggan mereka untuk pengguna akhir militer.
Daftar terakhir dipublikasikan di situs web Departemen Perdagangan AS pada Senin dan dijadwalkan akan diposting untuk pemeriksaan publik di Federal Register pada hari Selasa.
Baca Juga: Masih ada pandemi, begini gambaran anggaran belanja Saudi, Uni Eropa dan AS di 2021
Penerbitan daftar tersebut pada hari-hari terakhir pemerintahan Trump mengikuti penambahan puluhan perusahaan China ke daftar hitam perdagangan AS lainnya, termasuk pembuat chip top negara itu, SMIC, dan produsen drone China SZ DJI Technology Co Ltd, pada hari Jumat.