Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Kendaraan transportasi nonpribadi alias taksi terus berevoluasi. Kabar terbaru, Uber Technologies Inc akan mengembangkan taksi terbang.
Uber menggandeng The National Aeronautics and Space Administration (NASA) untuk menggarap proyek taksi terbang bernama Uber Air. Kedua lembaga tersebut sepakat menandatangani pengembangan taksi terbang pada Rabu pekan lalu (8/11).
Taksi terbang yang akan mereka kembangkan didesain bisa lepas landas dan mendarat secara vertikal. Untuk tahap awal, Uber membangun jaringan uji coba taksi terbang di Los Angeles tahun 2020.
Uber ingin memperkenalkan Uber Air pada momen Olimpiade di Los Angeles pada tahun tersebut. "Uber akan mulai menguji layanan taksi terbang untuk empat penumpang dengan kecepatan 200 mil per jam di seluruh Los Angeles," kata Jeff Holden, Chief Product Officer Uber seperti yang dilansir Reuters.
Uber menjanjikan perjalanan dengan waktu tempuh lebih singkat ketika menggunakan Uber Air. Perjalanan dari L.A. Staples Center ke bandara hanya memakan waktu 27 menit dari waktu normal sekitar 60 menit menggunakan mobil di jalur darat.
Selanjutnya, Uber akan melakukan uji coba taksi terbang di Dallas, Amerika Serikat (AS), dan Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Pada masa mendatang, Uber mengharapkan Uber Air dapat melakukan puluhan ribu penerbangan setiap hari di seluruh kota.
Sebagai langkah konkret, Uber akan bekerja sama dengan regulator penerbangan di AS dan Eropa pada tahun 2023. Tujuannya, untuk mendapatkan persetujuan layanan taksi terbang intra kota.
Menurut Holden, pihaknya akan mempercepat pengembangan taksi terbang ini. Nantinya, pelanggan dapat memesan taksi terbang melalui smartphone. Layanan taksi terbang ini sebagai alternatif pilihan dari taksi di darat.
NASA menyatakan, Uber memiliki empat fase pada kesepakatan proyek taksi terbang ini. Salah satunya, Uber bekerja sama dengan Federal Aviation Administration (FAS) AS untuk uji lapangan.
Awal tahun ini Uber menyewa veteran NASA Mark Moore dan Tom Prevot untuk menjalankan tugas antara lain mendesain kendaraan pesawat terbang dan program perangkat lunak manajemen lalu lintas udara.