Sumber: New York Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - KYIV. Rencana serangan balik militer Ukraina terhadap pasukan Rusia sepertinya harus dibayar mahal. Ukraina dilaporkan telah kehilangan 20% persenjataannya sejak serangan dimulai.
Mengutip New York Times, pasukan Ukraina telah kehilangan sejumlah besar persenjataannya itu dalam dua minggu pertama serangan balasan mereka melawan Rusia.
Laporan yang keluar hari Sabtu (15/7) itu juga mengatakan kerugian tersebut termasuk tank yang dipasok oleh negara-negara Barat.
Laporan itu menambahkan bahwa situasi sedikit membaik setelah Ukraina lebih fokus pada penggunaan rudal jarak jauh untuk melemahkan pasukan Rusia. Sayang, serangan balasan di beberapa tempat terhenti.
Baca Juga: Korea Selatan Bakal Memasok Banyak Peralatan Penjinak Ranjau untuk Ukraina
Pada hari Minggu (16/7), Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar mengatakan bahwa pasukan Ukraina maju ke wilayah selatan Bakhmut yang ada di sayap timur Donetsk.
"Pertempuran berlangsung sengit, dan posisi kedua pihak yang bertikai bergeser beberapa kali sehari," kata Maliar.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Minggu mengatakan bahwa serangan balasan Ukraina tidak berhasil.
Pada kesempatan yang sama, Putin juga memperingatkan bahwa Rusia memiliki hak untuk membalas jika Ukraina menggunakan bom cluster yang dipasok oleh AS.
Baca Juga: Putin: Kami Juga Bisa Gunakan Cluster Bomb Seperti Ukraina
"Saya ingin mencatat bahwa di Federasi Rusia ada persediaan yang cukup dari berbagai jenis bom cluster. Kami belum menggunakannya. Tetapi tentu saja jika digunakan untuk melawan kami, kami berhak untuk mengambil tindakan timbal balik," kata Putin dalam wawancara dengan TV Moscow, dikutip Reuters.
Hari Kamis pekan lalu, Ukraina mengatakan mereka telah menerima bom cluster dari Amerika Serikat. Menurut Kyiv, bom jenis itu diperlukan untuk mengkompensasi kekurangan peluru yang dihadapi oleh militer mereka untuk melakukan serangan balasan.