Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Akan tetapi Putin tidak menunjukkan tanda-tanda untuk mempertimbangkan kembali invasi yang dia lakukan terhadap tetangga Rusia Kamis lalu.
Pemimpin Rusia itu malah menempatkan pasukan nuklir Rusia dalam siaga tinggi pada hari Minggu, meskipun seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan Washington masih belum melihat "pergerakan" setelah pengumuman Putin.
Ditanya di Gedung Putih pada hari Senin apakah warga Amerika harus khawatir tentang perang nuklir, Presiden AS Joe Biden mengatakan: "Tidak."
Tetapi sebagai tanda hubungan yang memburuk, Amerika Serikat mengusir 12 diplomat Rusia di PBB, dengan alasan masalah keamanan nasional. Rusia menggambarkan langkah itu sebagai "aksi bermusuhan."
Baca Juga: Perkenalkan Bom Termobarik, Senjata Rusia Paling Mematikan yang Dibawa ke Ukraina
Aksi kejahatan
Invasi Rusia - serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua - telah gagal mencapai keuntungan awal seperti yang diharapkan Putin.
Reuters memberitakan, Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" yang dikatakan tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer tetangga selatannya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya.
Kharkiv di timur laut Ukraina telah menjadi medan pertempuran utama. Oleg Synegubov, kepala administrasi regional Kharkiv, mengatakan artileri Rusia telah menggempur distrik perumahan meskipun tidak ada posisi tentara Ukraina atau infrastruktur strategis di sana. Sedikitnya 11 orang tewas, katanya.
"Ini terjadi pada siang hari, ketika orang-orang keluar ke apotek, untuk membeli bahan makanan, atau untuk air minum. Itu kejahatan," katanya.
Baca Juga: Rusia Serang Ukraina, Pemerintah Masih Terus Memonitor Dampaknya ke Inflasi