Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan bahwa pihaknya akan mengusulkan sanksi terhadap menteri ekstremis Israel serta penangguhan sebagian ketentuan dagang dalam perjanjian asosiasi antara Uni Eropa (UE) dan Israel.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam pidato tahunan State of the Union di Parlemen Eropa, Strasbourg, pada Rabu (10/9). Von der Leyen menegaskan bahwa langkah ini merupakan bentuk sinyal politik atas meningkatnya kritik Eropa terhadap operasi militer Israel di Gaza.
“Apa yang terjadi di Gaza telah mengguncang hati nurani dunia,” ujar von der Leyen.
Sanksi dan Penangguhan Perdagangan
Dalam pidatonya, von der Leyen menyampaikan bahwa Komisi akan mengajukan:
-
Sanksi terhadap menteri-menteri ekstremis dan pemukim yang melakukan kekerasan.
-
Penangguhan sebagian Perjanjian Asosiasi UE–Israel yang mengatur ketentuan dagang.
Baca Juga: Trump Desak Uni Eropa Kenakan Tarif 100% ke Tiongkok dan India, Ini Alasannya
Meski begitu, ia tidak menyebutkan nama menteri yang dimaksud maupun rincian spesifik tentang langkah dagang yang akan ditangguhkan.
Jika seluruh bab perdagangan ditangguhkan, Israel akan kehilangan preferensi dagang untuk produknya yang masuk ke UE. Pada 2023, perdagangan barang antara UE dan Israel mencapai €42,6 miliar (sekitar US$49,9 miliar), menjadikan UE sebagai mitra dagang terbesar Israel.
Resistensi di Dalam Uni Eropa
Rencana ini diperkirakan akan menghadapi jalan terjal, mengingat perbedaan tajam di antara negara-negara anggota UE terkait kebijakan terhadap Israel.
-
Mendukung sanksi: Irlandia, Spanyol, Denmark, Swedia, dan Belanda.
-
Menolak sanksi: Jerman, Hungaria, dan Republik Ceko.
Sanksi terhadap individu membutuhkan dukungan bulat seluruh anggota. Namun, Hungaria sebelumnya sudah memblokir usulan serupa untuk menjatuhkan sanksi pada pemukim Israel yang melakukan kekerasan.
Von der Leyen mengakui sulitnya mencari konsensus, tetapi menegaskan bahwa UE tidak bisa diam.
“Saya tahu setiap langkah akan dianggap berlebihan bagi sebagian pihak, dan terlalu sedikit bagi pihak lainnya. Tetapi kita semua harus mengambil tanggung jawab,” katanya.
Baca Juga: Uni Eropa Denda Google Rp 57,4 Triliun karena Melanggar Aturan Ini
Reaksi Israel dan Spanyol
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, menyebut pernyataan von der Leyen sebagai “disayangkan” dan menilai bahwa Komisi Eropa telah menyerah pada tekanan pihak-pihak yang ingin merusak hubungan Israel–Eropa.
Sebaliknya, Spanyol menyambut baik usulan tersebut. Menteri Luar Negeri Jose Manuel Albares menegaskan bahwa Eropa tidak bisa menjalin hubungan normal dengan Israel ketika terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis di Gaza.
Dampak Bantuan dan Inisiatif Palestina
Von der Leyen juga menyatakan bahwa UE akan menunda dukungan bilateral untuk Israel, tanpa memengaruhi kerja sama dengan masyarakat sipil Israel dan lembaga Yad Vashem, pusat memorial Holocaust. Ia tidak merinci jumlah dana yang terdampak.
Selain itu, Komisi Eropa berencana membentuk Kelompok Donor Palestina bulan depan, termasuk instrumen khusus untuk rekonstruksi Gaza.