Sumber: Wall Street Journal | Editor: Noverius Laoli
Sistem ini memungkinkan pembuatan gambar diam dan teks promosi dalam skala besar dan personal.
AI tidak hanya mempercepat produksi konten, tetapi juga memungkinkan Unilever mendaur ulang lebih dari 100 konten influencer menjadi berbagai format dan durasi yang sesuai untuk tiap platform media sosial.
Proses ini diklaim berperan besar dalam memperluas jangkauan kampanye.
Baca Juga: Unilever Catat Penjualan Rp 35,1 Triliun di 2024, Transformasi Bisnis Buahkan Hasil
Meski saat ini masih mengandalkan influencer manusia, Unilever tak menutup kemungkinan kehadiran influencer virtual hasil AI di masa depan.
“AI akan memengaruhi banyak aspek dalam strategi ini,” kata Ryu Yokoi, Head of Media & Marketing Capabilities Unilever Amerika Utara. “Tergantung pada merek dan konteks penggunaannya.”
Dengan strategi berbasis AI dan kolaborasi masif dengan influencer, Unilever tengah membangun pendekatan baru dalam pemasaran produk konsumer yang sebelumnya dianggap biasa-biasa saja, menjadikannya relevan dan viral di era digital.