Reporter: Femi Adi Soempeno |
TOKYO. Pengupahan di Jepang menyusut di bulan Januari karena perusahaan-perusahaan merampingkan produksinya. Para pekerjanya juga mengantongi upah yang makin sedikit karena jam kerja berkurang akibat efek domino permintaan global menciut dan pekerjaan menyusut.
Upah bulanan, termasuk lembur dan bonus, turun 1,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 278.476 yen atau setara dengan US$ 2.864. Bulan Desember uang lembur dan bonus ini sudah sempat menyusut 0,8%. Departemen Tenaga Kerja menegaskan hal ini, har Senin (3/2) ini. Mengkerutnya upah pekerja ini terbilang paling cepat dari yang pernah ada.
Surutnya pendapatan dan prospek pekerjaan yang suram telah memaksa kondisi keuangan rumah tangga untuk mengurangi pembelanjaannya dalam jumlah yang cukup besar di bulan Januari lalu.
"Sudah jelas, tren upah kini menurun," tegas Yoshiki Shinke, Senior Economist untuk Dai-Ichi Life Research Institute di Tokyo. Menurutnya, risiko akan semakin meningkat saat pengeluaran konsumen tergiring oleh saham-saham yang anjllok dan permintaan di seluruh dunia juga menyusut.
Jam lembur untuk sejumlah pabrikan, yang sangat berkaitan dengan produksi, telah berkurang 40%, paling besar dari yang sudah-sudah. Pengupahan lembur juga anjlok 14,8%, paling besar sejak 1980.
"Perusahaan merespons anjloknya penurunan dengan menghitung kembali jam lembur," ujar Takehiro Sato, Chief Japan Economist untuk Morgan Stanley di Tokyo. Ia menghitung, upah akan terus mengkerut.