Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - STERNBERK. Di tengah upaya Eropa untuk memberikan dukungan kepada Ukraina seiring terus berlanjutnya kemajuan Rusia, ratusan warga Ceko dan sejumlah kecil warga Ukraina bekerja tanpa henti di bagian timur Republik Ceko untuk mengubah sejumlah bangunan warisan Perang Dunia Kedua menjadi pusat pasokan senjata dan amunisi bagi Ukraina.
Inisiatif ini merupakan bagian dari usaha Eropa untuk menyediakan perlengkapan militer kepada Kiev guna menghadapi pasukan Rusia setelah terhentiinya bantuan militer dari Amerika Serikat yang selama ini menjadi tulang punggung dukungan internasional.
Kunjungan ke fasilitas Sternberk milik produsen senjata swasta Ceko, Excalibur Army, oleh Jenderal Onno Eichelsheim, kepala militer Belanda, menunjukkan urgensi situasi ini karena kerugian yang terus dialami oleh Kiev di Ukraina bagian timur dan selatan.
Baca Juga: Ukraina Butuh Rencana Jangka Panjang untuk Ekspor Pangan ke Uni Eropa
"Kita harus mempercepatnya. Kita harus mengirimkan lebih banyak dan lebih cepat," ujar Eichelsheim kepada Reuters saat melakukan perjalanan baru-baru ini untuk memeriksa meriam howitzer self-propelled dan tank Rusia yang telah diperbarui untuk dikirimkan ke medan perang.
Dua tahun setelah invasi besar-besaran Rusia, kebutuhan yang paling mendesak bagi Ukraina adalah amunisi artileri yang semakin menipis karena penggunaan tembakan meriam berat untuk mempertahankan posisi yang sebagian besar statis di sepanjang garis depan yang mencapai 1.000 km.
Uni Eropa, bersama sekutu Barat lainnya, ingin menghentikan kemajuan Rusia dan mengusir lawan yang semakin agresif. Pada Maret 2023, mereka meluncurkan inisiatif untuk mengirimkan 1 juta peluru artileri ke Ukraina dalam waktu 12 bulan.
Namun, setahun kemudian, hanya setengah dari jumlah tersebut yang berhasil dikirimkan karena kapasitas produksi yang tidak mencukupi dan kurangnya pesanan jangka panjang.
Baca Juga: Zelenskyy Kembali Meminta Bantuan Senjata, Kali Ini di Hadapan Negara Balkan
Pemerintah Ceko telah memainkan peran penting dalam menggalang dana di antara mitra Eropa dan menjalin kesepakatan dengan industri pertahanan Ceko. Belanda juga terlibat aktif dalam upaya menutupi kekurangan amunisi di Ukraina.
Belanda dan negara-negara lain akan mendanai sekitar 800.000 peluru artileri yang bersumber dari Republik Ceko.
Kolonel Simon Wouda, kepala Satuan Tugas Belanda di Ukraina, menegaskan bahwa upaya sedang dilakukan untuk memastikan pasokan amunisi yang stabil sesuai dengan kesepakatan keamanan yang dirinci oleh Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.