kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Vaksinasi di Jepang terhambat karena kekurangan jarum suntik


Senin, 08 Maret 2021 / 13:08 WIB
Vaksinasi di Jepang terhambat karena kekurangan jarum suntik
ILUSTRASI. Pejalan kaki yang mengenakan masker pelindung di tengah wabah penyakit Covid-19, berjalan ke distrik perbelanjaan Ginza yang ditutup untuk mobil pada hari Minggu di Tokyo, Jepang, Minggu (10/1/2021).


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Program vaksinasi nasional Jepang kembali terhambat. Bukan hanya karena kurangnya pasokan vaksin, tapi juga kekurangan jarum suntik khusus.

Hambatan tersebut menjadi tantangan baru Pemerintahan Yoshihide Suga yang awalnya berencana memvaksinasi setiap orang dewasa hingga akhir tahun.

Setelah tiga pekan program dimulai, baru 46.500 dosis vaksin Covid-19 telah diberikan kepada petugas medis garis depan per Jumat (5/3) pekan lalu.

Jika melihat fakta itu, analis memperkirakan, setidaknya dibutuhkan waktu 126 tahun untuk memvaksinasi seluruh penduduk Jepang yang berjumlah 126 juta.

Berbeda dengan kebanyakan negara lain, Jepang mewajibkan uji klinis untuk obat baru, termasuk vaksin. Prosedur ini dinilai memperlambat proses vaksinasi secara menyeluruh.

Dilansir dari Reuters, hanya vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech yang telah disetujui.

Untuk saat ini, uji klinis untuk vaksin AstraZeneca dan Moderna sedang dilakukan. Setelah selesai nanti, dua vaksin tersebut masih harus menunggu persetujuan Pemerintah Jepang.

Baca Juga: Regulator Uni Eropa: Hati-hati terhadap vaksin Sputnik V Rusia

Pandemi yang sudah berjalan selama satu tahun menyebabkan sekitar 438.000 orang Jepang terinfeksi virus corona, dengan 8.251 pasien meninggal.

Beruntung, kasus harian di Tokyo mulai mengalami penurunan signifikan. Dari 2.520 pada 7 Januari, menjadi 237 pada 7 Maret. 

Untuk saat ini, Jepang berfokus pada vaksinasi sekitar 4,8 juta pekerja medis terlebih dahulu sebelum beralih ke populasi lansia yang berjumlah 36 juta.

Taro Kono, Menteri Pertahanan Jepang yang juga memimpin program vaksinasi, mengatakan, masyarakat berusia 65 tahun ke atas baru akan mulai menerima vaksin bulan depan.

Kono mengupayakan impor vaksin dari Pfizer akan naik empat kali lipat pada April dari Maret menjadi sekitar 1,7 juta botol. 

Meskipun terlihat kekurangan, sebenarnya Jepang telah mendapatkan hak untuk setidaknya 564 juta dosis vaksin Covid-19, jumlah terbesar di Asia,

Perdana Menteri Yoshihide Suga juga berjanji untuk menyediakan dosis yang cukup untuk seluruh penduduk hingga bulan Juni nanti. Ia berharap, semuanya akan berhasil sebelum Olimpiade Tokyo dimulai pada 23 Juli.

Selanjutnya: Amankan pasokan, Filipina dapatkan 13 juta dosis vaksin Covid-19 dari Moderna Inc



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×