kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wabah virus corona belum terbendung, akankah mengusik kekuasaan Xi Jinping?


Jumat, 07 Februari 2020 / 17:47 WIB
Wabah virus corona belum terbendung, akankah mengusik kekuasaan Xi Jinping?
ILUSTRASI. Presiden China Xi Jinping


Sumber: Al Jazeera | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Wabah virus corona yang mematikan di Wuhan, China menjadi salah satu ujian terbesar kepemimpinan delapan tahun Presiden China Xi Jinping.

Penyebaran cepat penyakit ini, yang pertama kali terdeteksi pada akhir Desember tahun lalu, mendorong pemerintah China menempatkan pusat kota dan daerah sekitar Wuhan di bawah isolasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan membatasi jutaan penduduk ke rumah mereka.

Sejak tindakan drastis diumumkan pada 23 Januari 2020 lalu, kemarahan telah tumbuh di media sosial China. Al Jazeera melaporkan, beberapa pihak menuduh pemerintah menahan informasi dari masyarakat dan lambat bereaksi ketika virus corona pertama kali terdeteksi.

Baca Juga: Gampang menular, Singapura kerek tingkat kewaspadaan virus corona jadi oranye

Sekitar 636 orang telah tewas akibat virus corona dan setidaknya 31.161 terinfeksi, menurut data pemerintah China, Jumat (7/2).

Termasuk korban meninggal adalah Dr Li Wenliang, dokter China yang bermasalah dengan pihak berwenang karena memberikan peringatan dini tentang wabah virus corona.

Di tengah kemarahan dan frustrasi, badan pemerintahan China yang paling kuat mengakui pada awal pekan ini bahwa ada "kekurangan dan kesulitan" dalam menanggapi epidemi penyakit ini.

Meskipun tidak menjelaskan lebih lanjut, pernyataan itu merupakan pengakuan kesalahan yang jarang terjadi bagi Komite Tetap Politbiro China.

Xi Jinping, yang memimpin pertemuan itu, menyerukan "tindakan tegas dalam menahan penyebaran epidemi corona" dan memperingatkan agar tidak melanggar perintah komite, menurut kantor berita Xinhua.

Anggota komite juga menentukan wabah itu menjadi ujian utama sistem dan kapasitas pemerintahan Tiongkok. China juga harus merangkum pengalaman dan mengambil pelajaran.

Pernyataan itu, menurut beberapa pengamat, adalah bukti dari kekhawatiran yang tumbuh di antara para pemimpin top China tentang apa arti wabah corona bagi sistem politik negara yang dikontrol ketat.

Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memuji Cina atas tindakan luar biasa yang diambil untuk membatasi penyebaran virus, serta kecepatan para ilmuwan mengidentifikasi genomnya, demikian seorang pakar mengatakan kepada Financial Times.

Baca Juga: Mahfud MD: Indonesia satu-satunya negara besar di Asia yang tidak punya kasus corona

Zhou Xianwang, Walikota Wuhan mengatakan kepada media pemerintah bahwa tanggapan pemerintah daerah memang tidak cukup baik dan ia mengajukan untuk mengundurkan diri. Dia juga mengatakan informasi tentang wabah itu tidak dibagikan dengan cukup cepat dan menyalahkan keterlambatan birokrasi pemerintah.

Li Mingjiang, koordinator Program Cina di Universitas Teknologi Nanyang di Singapura mengatakan, para pejabat setempat membuat kesalahan perhitungan besar dan tidak diragukan bahwa Xi akan memerintahkan tanggapan yang lebih cepat seandainya ia segera diberitahu tentang situasi di Wuhan.

Xi Jinping sendiri telah mengambil langkah-langkah tegas untuk mengendalikan wabah corona agar tidak menyebar lebih jauh, termasuk pembangunan beberapa rumah sakit berskala besar untuk mengakomodasi para pasien.

Baca Juga: Malaysia akan perpanjang larangan perjalanan sementara warga negara China dari Wuhan

China juga telah menyuntikkan likuiditas senilai US $ 174 miliar ke pasar keuangan untuk mengurangi volatilitas dalam perekonomian.

Steve Tsang, Direktur Institut Cina di SOAS University of London mengatakan Presiden Xi harus bertanggung jawab untuk menangani keadaan darurat.

Tsang mengatakan Xi menangani krisis penyakit ini "sangat buruk".

Sejak menjadi ketua Partai Komunis pada tahun 2012 dan Presiden, Xi telah mengubah kantornya, juga menindak pembangkang, memperketat kontrol atas media dan internet serta mengawasi kampanye anti-korupsi yang luas, yang menurut para kritikus ditujukan membersihkan lawan politiknya.

Partai Komunis pada 2018 juga menghapuskan batasan masa jabatan presiden, sebuah langkah yang dapat memungkinkan Xi untuk tetap sebagai presiden ketika masa jabatan keduanya berakhir pada tahun 2023.

Tsang memprediksi Xi hanya akan memberlakukan kontrol ketat jika kemarahan publik tumbuh atas krisis penanganan virus corona.

"Siapa pun yang akan menantang Xi Jinping di dalam partai akan dihancurkan. Mereka tahu bahwa dia tidak memaafkan," ujarnya.

Baca Juga: Akibat virus corona, DBS revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura 2020 jadi 0,9%

Richard Javad Heydarian, analis politik Asia-Pasifik mengatakan kultus kepribadian Xi adalah inti dari masalah karena itu membuat pejabat lokal lebih takut menyampaikan "berita buruk" kepada Beijing.

"Masalahnya adalah sentralisasi kekuasaan yang cepat seperti ini tidak ada sejak Mao Zedong," katanya membandingkan Presiden Tiongkok saat ini dengan pemimpin pendiri Republik Rakyat Tiongkok.

Kata Heydarian, kekuatan besar ini seharusnya cukup bagi Xi untuk secara tegas mengatasi krisis kesehatan terbaru.

Baca Juga: Virus corona membuat kapal pesiar mewah menjadi penjara mengambang

Sebaliknya, pejabat setempat "takut" akan murka Xi mencoba menyembunyikan situasi bahkan ketika otoritas kesehatan memperingatkan WHO akan virus baru itu.

"Petugas kesehatan China itu memberi tahu WHO tentang pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui pada 31 Desember 2019 dan menyarankan pemerintah pusat di Beijing mengetahui penyebaran penyakit itu di Wuhan sejak awal, tetapi gagal bertindak cepat,"katanya.

Wabah coronavirus juga telah menghantam ekonomi China, yang sudah menghadapi beberapa kendala sebelum krisis dimulai, kata Calvin Cheng, seorang ahli ekonomi dan perdagangan China di Institut Studi Strategis dan Internasional di Kuala Lumpur, Malaysia.

Dalam jangka pendek, krisis ini mengurangi pengeluaran, karena banyak pembatasan perjalanan dan penutupan toko berarti lebih banyak orang tinggal di rumah meskipun ada perayaan Tahun Baru Imlek.

Baca Juga: Indonesia bahas 100 pulau untuk lokasi rumahsakit penyakit menular

Menurut laporan Bloomberg, pengeluaran sebesar US$ 140 miliar selama liburan Tahun Baru Imlek hangus karena wabah corona. Dan seorang ekonom pemerintah Cina mengatakan wabah itu dapat menyeret pertumbuhan ekonomi China di bawah 5%.

Dalam jangka panjang, tambah Cheng, itu juga dapat menyebabkan gangguan pada produksi industri dengan banyak pekerja tidak dapat kembali bekerja yang tidak hanya mempengaruhi pendapatan pabrik, tetapi juga pendapatan pekerja.

Baca Juga: Tesla sementara waktu menutup tokonya di China karena wabah virus corona

Itu tidak hanya akan mempengaruhi Cina, tetapi juga dunia yang lebih luas.

"Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi global pasti akan terpengaruh secara negatif. Satu-satunya pertanyaan adalah seberapa besar. Dan ini sekali lagi tergantung pada apakah wabah akan berkembang sesuai proyeksi dan seberapa cepat dan seberapa efektif stimulus moneter dan fiskal China," kata Cheng.

Namun, Cheng mengatakan dia ragu apakah ini akan memiliki efek signifikan pada posisi politik Xi dalam jangka panjang.

"Seperti halnya krisis di mana saja, kemungkinan akan ada beberapa gerutuan," katanya.

Baca Juga: Pemerintah pertimbangkan gelombang kedua pemulangan WNI dari China




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×