Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Juru bicara itu juga bilang: "Saat ini, Reckitt Benckiser sudah terlibat dengan WHO, EMA [Badan Obat Eropa] dan otoritas kesehatan lokal lainnya dalam pembahasan mengenai masalah ini. Mereka akan memberi informasi atau panduan tambahan yang diperlukan untuk penggunaan produk kami dengan aman setelah evaluasi semacam itu dilakukan."
Baca Juga: Sudah lebih dari 20.000 orang meninggal, WHO: Corona adalah ancaman kemanusiaan
Beberapa peneliti juga meragukan saran tersebut. Peneliti Divisi Infeksi dan Kesehatan Global Universitas St Andrews Muge Cevik menulis di Twitter bahwa: "Tidak ada bukti ilmiah yang saya ketahui bahwa ibuprofen (menyebabkan kondisi pasien lebih buruk) #COVID19."
Sementara, pakar kesehatan lain berpendapat berbeda. Rupert Beale, pemimpin kelompok dalam Biologi Sel Infeksi di Francis Crick Institute di Inggris, mengatakan: "Ada alasan bagus untuk menghindari ibuprofen karena dapat memperburuk cedera ginjal akut yang disebabkan oleh penyakit parah, termasuk penyakit COVID-19 yang parah," demikian laporan CNN.