Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, bekerja dengan jam kerja yang panjang sudah membunuh ratusan ribu orang setiap tahun. Ini menjadi tren buruk yang mungkin semakin meningkat akibat pandemi Covid-19.
Melansir Reuters, dalam studi global pertama tentang hilangnya nyawa terkait dengan jam kerja yang lebih panjang, makalah di jurnal Environment International menunjukkan bahwa 745.000 orang meninggal karena stroke dan penyakit jantung terkait dengan jam kerja yang panjang pada tahun 2016.
Angka itu meningkat hampir 30% dari tahun 2000.
"Bekerja 55 jam atau lebih per minggu merupakan bahaya kesehatan yang serius," kata Maria Neira, direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan WHO seperti yang dikutip Reuters.
Baca Juga: Waspada, WHO sebut pandemi Covid-19 bisa semakin parah pada tahun 2021
"Yang ingin kami lakukan dengan informasi ini adalah mempromosikan lebih banyak tindakan, lebih banyak perlindungan terhadap pekerja," katanya.
Studi bersama, yang diproduksi oleh WHO dan Organisasi Perburuhan Internasional, menunjukkan bahwa sebagian besar korban (72%) adalah laki-laki dan berusia paruh baya atau lebih. Seringkali, kematian terjadi jauh di kemudian hari, kadang-kadang beberapa dekade kemudian.
Studi juga menunjukkan bahwa orang yang tinggal di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat - wilayah yang ditentukan WHO yang mencakup China, Jepang dan Australia - adalah yang paling terpengaruh.
Baca Juga: Meski ditentang WHO, obat anti-parasit tetap digunakan di India untuk atasi Covid-19
Secara keseluruhan, penelitian yang mengambil data dari 194 negara, menunjukkan bahwa bekerja 55 jam atau lebih dalam seminggu dikaitkan dengan risiko stroke 35% lebih tinggi dan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik 17% lebih tinggi dibandingkan dengan bekerja selama 35-40 jam per minggu.
Studi tersebut mencakup periode 2000-2016, dan tidak termasuk pandemi Covid-19. Akan tetapi, pejabat WHO mengatakan, lonjakan pekerja jarak jauh dan perlambatan ekonomi global akibat darurat virus corona mungkin telah meningkatkan risiko jam kerja lebih panjang.
"Pandemi mempercepat perkembangan yang dapat mendorong tren peningkatan waktu kerja," kata WHO, memperkirakan bahwa setidaknya 9% orang bekerja dengan jam kerja yang panjang.
Baca Juga: Panel WHO: Banyak negara abaikan ancaman pandemi dan tidak siap menghadapinya
Staf WHO, termasuk ketuanya Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan mereka telah bekerja berjam-jam selama pandemi. Sementara, Neira mengatakan, badan PBB akan berusaha memperbaiki kebijakannya sehubungan dengan penelitian tersebut.
Menurut petugas teknis WHO Frank Pega, capping hour atau kesepakatan jam kerja akan bermanfaat bagi pengusaha karena telah terbukti meningkatkan produktivitas pekerja.
"Ini benar-benar pilihan cerdas untuk tidak menambah jam kerja panjang dalam krisis ekonomi," kata Pega.