Sumber: AFP | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa banyak negara cenderung mengikuti China dalam merevisi jumlah kematian setelah mereka mulai bisa mengendalikan krisis akibat virus corona.
Dilansir dari AFP, otoritas Wuhan yang merupakan pusat Covid-19 pertama kali mengaku salah menghitung jumlah kematiannya dan secara tiba-tiba menaikkan jumlah kematian akibat corona hingga 50% menyusul meningkatnya keraguan dunia tentang transparansi China atas wabah tersebut.
Baca Juga: WHO tak yakin antibodi bisa melindungi diri dari infeksi ulang virus corona
WHO mengatakan Wuhan telah kewalahan oleh virus, dan pihak berwenang terlalu sibuk untuk memastikan setiap kematian dan infeksi dicatat dengan benar.
Pihak berwenang di Wuhan awalnya mencoba untuk menutupi wabah dan muncul pertanyaan tentang rekaman infeksi pemerintah ketika berulang kali mengubah kriteria penghitungan pada puncak krisis.
"Ini adalah sesuatu yang merupakan tantangan dalam wabah yang sedang berlangsung untuk mengidentifikasi semua kasus dan semua kematian," kata Maria van Kerkhove, Pimpinan Teknis Covid-19 WHO.
"Saya mengantisipasi bahwa banyak negara akan berada dalam situasi yang sama di mana mereka harus kembali meninjau catatan dan melihat untuk melihat apakah mereka telah mencatat data dengan benar," lanjut dia.
Baca Juga: Kasus baru melonjak, jumlah positif corona di Singapura salip Malaysia
Dia mengatakan pihak berwenang Wuhan sekarang telah memeriksa basis data mereka dan memeriksa silang perbedaannya.
Wuhan menambahkan 1.290 kematian, sehingga menambah total menjadi 3.869 kasus kematian. Selain itu kasus positif bertambah 325 kasus sehingga menjadikan jumlah infeksi menjadi 50.333 kasus.