Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada hari Kamis (28/2/2020), semua negara harus mempersiapkan diri untuk memerangi virus corona. Melansir Reuters, dengan jumlah infeksi baru yang dilaporkan di seluruh dunia sekarang melebihi infeksi di China daratan, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahkan negara-negara kaya harus bersiap diri.
"Tidak ada negara yang berasumsi tidak akan terbebas dari virus corona, itu akan menjadi kesalahan fatal, secara harfiah," kata Tedros, yang merujuk pada Italia, di mana 17 orang telah tewas dalam wabah terburuk di Eropa.
Selain menyimpan persediaan medis, pemerintah Italia memerintahkan ditutupnya sekolah dan membatalkan pertemuan besar, termasuk acara olahraga, untuk mencoba menghentikan penyebaran penyakit mirip flu yang dikenal sebagai COVID-19. Wabah ini muncul di China sekitar dua bulan lalu dari pasar satwa liar ilegal.
Baca Juga: Gagal atasi virus corona, sejuta orang teken petisi impeachment Presiden Korsel
Menurut para ahli, tingkat kematian akibat virus ini tampaknya sekitar 2%, meskipun bisa lebih rendah jika ada banyak kasus ringan dan tidak terdiagnosis.
Sebagai perbandingan, kata Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS, influenza musiman memiliki tingkat fatalitas kasus sekitar 0,1%.
"Jadi karena itu Anda memiliki potensi serius untuk morbiditas dan mortalitas," katanya kepada Reuters. Dia menambahkan, "Kami sedang berurusan dengan virus serius."
Baca Juga: Demi keselamatan bersama, KBRI di Seoul tutup sementara mulai hari ini
Ada kekhawatiran khusus atas suatu kasus di Jepang di mana seorang wanita dinyatakan positif terkena virus untuk kedua kalinya. Tes positif kedua juga telah dilaporkan di Tiongkok dan dapat berarti bahwa tertular penyakit tidak memberikan kekebalan. Para ilmuwan memperingatkan bahwa masih banyak yang tidak diketahui tentang virus baru ini.
Kepala program darurat WHO, Dr. Mike Ryan, mengatakan diskusi sedang diadakan dengan penyelenggara tentang nasib Olimpiade 2020, yang dijadwalkan dihelat pada Juli di Tokyo.
Baca Juga: Dow Jones anjlok 1.100 poin, penurunan lebih 10% dari level tertingginya
Pembatalan atau relokasi diprediksi akan menjadi pukulan besar bagi Jepang, yang mengatakan akan menutup seluruh sistem sekolahnya untuk bulan depan dalam upaya untuk mencegah penyebaran virus.
Data WHO menunjukan, virus corona sejauh ini lebih banyak menyerang China. Dapat dilihat dari kasus yang terinfeksi mencapai 80.000 kasus dan lebih dari 2.700 kematian. Kini, kasus corona telah menyebar ke 46 negara lain, di mana sekitar 3.700 kasus dan 57 kematian telah dilaporkan.
Baca Juga: Iran siaga: Wakil presiden Iran terinfeksi, mantan dubes Iran di Vatikan meninggal
"Virus ini memiliki potensi pandemi," kata Tedros kepada wartawan di Jenewa. Dia mengatakan Iran, Italia, dan Korea Selatan berada pada "titik yang menentukan," tetapi masih kekurangan transmisi komunitas yang berkelanjutan.
Market dilanda aksi jual
Kecemasan terhadap virus corona telah menyebabkan pasar saham global anjlok selama enam hari berturut-turut. Nilai kapitalisasi yang terhapus mencapai lebih dari US$ 3,6 triliun.
Data Reuters menunjukkan, indeks S&P 500 sudah anjlok 12% di bawah rekor penutupan 19 Februari. Kondisi ini menandai koreksi tercepatnya yakni hanya dalam enam hari perdagangan. Sementara indeks Dow Jones mencatat rekor penurunan satu hari, yang juga merupakan penurunan 1.000 poin keempat dalam sejarah dan yang kedua minggu ini.
Baca Juga: Paus Fransiskus jatuh sakit pasca memberi dukungan bagi penderita virus corona
Jeremy Farrar, seorang spesialis epidemi penyakit menular dan direktur badan amal kesehatan global Wellcome Trust, mendesak lembaga keuangan untuk berkomitmen memberikan dana awal senilai US$ 10 miliar untuk memerangi virus.
"Apa yang benar-benar kita lewatkan adalah pendanaan nyata serta dukungan dari lembaga keuangan global," katanya dalam sebuah pernyataan. "Dampak yang mungkin dari virus corona ini jauh melampaui keadaan darurat kesehatan. Ini adalah krisis global yang berpotensi mencapai skala krisis keuangan global tahun 2008."