Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SANTIAGO. Para astronom di Chili menggunakan salah satu teleskop terbesar di dunia telah menemukan bintang "menari" di sekitar lubang hitam di Bima Sakti seperti yang diperkirakan Albert Einstein lebih dari seabad yang lalu.
Melansir Reuters, Teori Relativitas Umum Einstein, yang diterbitkan pada tahun 1915, adalah dasar dari fisika modern. Ini telah lama membantu para ilmuwan memahami kekuatan gravitasi.
Tetapi pengumuman hari Kamis dari European Southern Observatory (ESO), kelompok astronom Eropa antar pemerintah yang beroperasi di Chili, membuktikan teori itu berlaku bahkan pada bintang yang berjarak sekitar 26.000 tahun cahaya dari Matahari.
Baca Juga: Gerhana bulan penumbra 11 Januari terjadi dini hari nanti, catat jamnya
Para ilmuwan ESO mengatakan dalam sebuah pernyataan, pengukuran yang dilakukan hampir 30 tahun memungkinkan mereka untuk mengikuti bintang saat melacak orbit berbentuk roset di sekitar lubang hitam "supermasif" di Bima Sakti. Penemuan mereka membuktikan bahwa Einstein, dan bukan pendahulunya Isaac Newton, benar. Newton percaya itu akan melakukan perjalanan dalam pola seperti elips.
"Hasil yang lama dicari ini dimungkinkan oleh pengukuran yang semakin tepat selama hampir 30 tahun, yang telah memungkinkan para ilmuwan untuk membuka misteri raksasa yang bersembunyi di jantung galaksi kita," kata observatorium dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Rincian catatan waktu agar bisa saksikan gerhana matahari di 25 daerah
Penemuan ini juga memberikan bukti lebih lanjut tentang keberadaan lubang hitam yang disebut Sagitarius A *, yang diyakini memiliki 4 juta kali massa Matahari, kata pernyataan itu.
Teleskop Sangat Besar ESO, yang sangat penting dalam penemuan ini, berada di atas gunung dengan ketinggian hampir 9000 kaki (2.700 meter) di gurun Atacama yang luas dan berpenduduk jarang di Chili.
Baca Juga: Ini cara aman melihat gerhana matahari cincin yang akan terjadi lusa
Kelembapan rendah dan aliran udara yang halus di kawasan ini membuat visibilitas yang tak tertandingi untuk teleskop teknologi tinggi yang digunakan para ilmuwan untuk menjelaskan pembentukan alam semesta dan kemungkinan kehidupan di luar bumi.
Dalam 30 tahun terakhir, Chili telah mengukir ceruk sebagai pusat global untuk astronomi pengamatan.