kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Xi Jinping Klaim AS ingin China Menyerang Taiwan, Ini Tanggapan Amerika


Rabu, 19 Juni 2024 / 06:44 WIB
Xi Jinping Klaim AS ingin China Menyerang Taiwan, Ini Tanggapan Amerika
ILUSTRASI. Xi Jinping mengatakan kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bahwa Washington berusaha membujuk Beijing untuk menyerang Taiwan. MARK R. CRISTINO/Pool via REUTERS


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bahwa Washington berusaha membujuk Beijing untuk menyerang Taiwan. Hal tersebut diungkapkan oleh sejumlah orang yang mengetahui permasalahan itu.

Melansir Financial Times yang mendapat informasi dari salah satu sumber, pemimpin China itu juga telah menyampaikan peringatan tersebut kepada pejabat dalam negeri di negaranya sendiri.

Xi mengeluarkan peringatan tersebut dalam pertemuan dengan von der Leyen pada bulan April 2023 yang dijelaskan kepada Financial Times oleh beberapa sumber. 

Ia mengatakan AS berusaha mengelabui China agar menginvasi Taiwan, namun ia tidak mau menerima umpan tersebut. 

Pihak lain mengatakan Xi telah mengeluarkan peringatan serupa kepada pejabatnya.

Pernyataan tersebut memberikan gambaran mengenai pemikiran Xi mengenai Taiwan. Saat ini, Taiwan merupakan masalah paling pelik dalam hubungan AS-China.

Beberapa akademisi dan pensiunan perwira militer China mengklaim bahwa Washington berusaha memprovokasi Beijing dengan memberikan senjata ke Taiwan dan mendorong tindakan lain untuk mendorong China ke dalam konfrontasi militer.

Baca Juga: Kapal Selam Nuklir China Muncul di Selat Taiwan Taiwan Makin Waspada

Berbicara di Asia Society pada bulan Januari, Cui Tiankai, mantan duta besar China untuk Washington, mengatakan, China tidak akan jatuh ke dalam perangkap yang mungkin dipersiapkan seseorang untuk negaranya. Pernyataannya itu merujuk pada AS.

Ucapan Xi kepada von der Leyen merupakan kasus pertama yang diketahui di mana ia mengajukan klaim terhadap pemimpin asing. 

Xi juga mengatakan bahwa konflik dengan AS akan menghancurkan banyak pencapaian Tiongkok dan melemahkan tujuannya untuk mencapai “peremajaan besar” pada tahun 2049.

“Jika Xi benar-benar yakin bahwa AS secara aktif mencari konflik dengan China terkait Taiwan, maka kekhawatiran bahwa Xi telah menciptakan kekosongan informasi atau mendapat nasihat yang buruk dari bawahannya, tentu saja, adalah benar adanya,” kata Jude Blanchette, pakar China di CSIS, yang merupakan sebuah wadah pemikir.

Baca Juga: Soal Energi Nuklir, Amerika Serikat Kini Tertinggal Jauh di Belakang China

Pengungkapan ini terjadi ketika ketegangan meningkat di Selat Taiwan. Tiongkok menanggapi pelantikan Lai Ching-te sebagai presiden baru Taiwan pada bulan Mei dengan melakukan latihan militer besar-besaran di sekitar pulau itu. Beijing menggambarkan Lai sebagai “separatis berbahaya”.

Tanggapan Amerika

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller menolak klaim bahwa AS “menginginkan” China menginvasi Taiwan.

“Ini tentu saja tidak akurat. Kami telah menjelaskan, termasuk secara langsung kepada anggota senior pemerintah Tiongkok, bahwa kebijakan Satu China kami tidak berubah. Hal ini tidak akan berubah dan kami terus mendesak stabilitas bersama di Selat Taiwan,” tegas Miller.

Mengutip The Independent, dia menambahkan, kebijakan “Satu China” mengacu pada posisi yang diminta oleh pemerintah China agar Amerika Serikat dan negara-negara lain mengakui pemerintahan di Beijing sebagai satu-satunya pemerintahan berdaulat yang sah di China. 

Kebijakan ini secara khusus menolak upaya untuk mengakui Taiwan sebagai negara merdeka dalam bentuk apa pun. 

Kebijakan "Satu China" bermula dari perang saudara di Tiongkok, yang menyebabkan bangkitnya pemerintahan komunis dan pengasingan tentara nasionalis ke Taiwan.

Baca Juga: Taiwan Tidak Ingin Berperang dengan China

Pemerintah AS menerapkan kebijakan ini dengan mengakui pemerintahan di Beijing tetapi juga dengan mengakui Taiwan sebagai entitas independen, atau bahkan negara penuh yang memiliki hak di PBB.

Pemerintahan Biden tahun ini menggiring pengesahan paket bantuan keamanan untuk pemerintah Taiwan sebagai bagian dari tambahan keamanan nasional yang disahkan Kongres; undang-undang tersebut mencakup dana senilai US$ 2 miliar sebagai dukungan langsung untuk Taiwan.




TERBARU
Kontan Academy
Sales Mastery [Mau Omzet Anda Naik? Ikuti Ini!] Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×