Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Presiden China Xi Jinping menyatakan bahwa korupsi adalah ancaman terbesar bagi Partai Komunis China.
Pernyataan ini menegaskan tekad partai yang berkuasa untuk mengatasi masalah lama yang telah mengakar di berbagai lapisan masyarakat China.
Tahun lalu, China diguncang oleh sejumlah penyelidikan kasus korupsi yang melibatkan tokoh-tokoh penting, termasuk seorang wakil gubernur bank sentral dan mantan ketua perusahaan minyak dan gas terbesar di negara itu.
Baca Juga: Upaya China di Bawah Xi Jinping Berantas Korupsi Hingga Tingkat Akar Rumput
Skandal ini menambah keresahan di tengah perekonomian yang sedang berjuang dan masyarakat yang merasakan menurunnya kesejahteraan.
Di antara yang tersandung kasus tersebut adalah Laksamana Miao Hua, seorang pejabat tinggi militer China.
Kejatuhannya terjadi saat Beijing berusaha memodernisasi angkatan bersenjata dan meningkatkan kesiapan tempurnya.
Korupsi tidak hanya tetap merajalela di China, tetapi bahkan menunjukkan peningkatan, ujar Xi saat membuka kongres tiga hari Komisi Pusat Inspeksi Disiplin (CCDI), badan pengawas anti-korupsi tertinggi negara itu.
"Korupsi adalah ancaman terbesar bagi partai kita," tegas Xi pada Senin (6/1)
Baca Juga: Taiwan Melaporkan Patroli Tempur Pertama China di 2025
Skala Masalah
Untuk menggambarkan luasnya masalah ini, CCDI melaporkan bahwa tahun lalu mereka menyelidiki rekor 58 "harimau," atau pejabat senior.
Dari jumlah tersebut, 47 berada pada level wakil menteri atau lebih tinggi, termasuk Tang Renjian, mantan menteri pertanian dan urusan pedesaan, serta Gou Zhongwen, mantan kepala Administrasi Umum Olahraga.
Bahkan pejabat yang telah pensiun pun tidak lolos, seperti Wang Yilin, mantan ketua China National Petroleum Corp, yang mengundurkan diri pada 2020.
Sejak 2023, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) juga mengalami gelombang pembersihan.
Li Shangfu dicopot dari jabatan menteri pertahanan setelah hanya tujuh bulan menjabat. Sementara pendahulunya, Wei Fenghe, dikeluarkan dari partai karena "pelanggaran disiplin serius," istilah lain untuk korupsi.
Baca Juga: Sebagian Besar Logam Dasar Menguat di Awal 2025 Karena Optimisme China
Tantangan Baru
Namun, upaya anti-korupsi menghadapi tantangan baru. Bentuk korupsi tradisional seperti menerima uang tunai telah berkembang menjadi lebih terselubung.
"Jika seorang pebisnis menawarkan uang langsung, saya akan menolak," kata Fan Yifei, mantan wakil gubernur Bank Sentral China yang dijatuhi hukuman mati dengan masa percobaan dua tahun.
"Tapi jika dia memberikan dalam bentuk saham atau aset lain kepada keluarga saya, itu cerita yang berbeda," ujarnya seperti dikutip media pemerintah.
Bahkan "lalat" kecil dan "semut" di birokrasi China yang luas pun tidak akan luput dari pembersihan, seperti ditunjukkan dalam program televisi nasional "Melawan Korupsi untuk Rakyat" yang disiarkan menjelang pertemuan CCDI.
Baca Juga: Xi Jinping Serukan Makau Lakukan Diversifikasi Ekonomi, Tak Lagi Bergantung Perjudian
Episode pertama dari empat seri ini menyoroti korupsi di tingkat akar rumput, termasuk kasus direktur sekolah dasar yang menerima suap dari penyedia makanan sekolah dan pejabat pedesaan yang menerima sogokan dari kontraktor proyek pertanian.
"Jika dibandingkan dengan 'harimau' yang jauh, masyarakat lebih merasakan dampak korupsi di sekitar mereka," kata Sun Laibin, profesor di Universitas Peking.
Sun menekankan bahwa perjuangan anti-korupsi harus menyentuh "hati" rakyat agar mereka merasa benar-benar diperhatikan oleh partai. "Rakyat harus merasakan secara mendalam perhatian partai," ujarnya.