Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Yuan China menguat terhadap dolar AS pada perdagangan Senin (29/9/2025), menyusul langkah-langkah tambahan dari bank sentral China untuk menarik investor asing ke pasar obligasinya sekaligus mendorong penggunaan global mata uang China.
Ekspektasi akan stimulus ekonomi baru pada akhir tahun ini juga menjadi faktor penopang penguatan yuan, seiring data yang menunjukkan laba industri China kembali tumbuh pada Agustus.
Baca Juga: Bursa Asia Menghijau Senin (29/9), Investor Cemas Shutdown Pemerintah AS
Pada perdagangan pagi, yuan diperdagangkan sekitar 7,12 per dolar AS, menguat 0,2% dibanding penutupan sesi sebelumnya, seiring pelemahan dolar.
Minggu lalu, yuan mencatatkan kerugian mingguan terbesar dalam dua bulan akibat penguatan dolar.
Pada Jumat lalu, China memperluas akses asing ke pasar repurchase obligasi, sebagai bagian dari upaya mendorong investor global untuk memegang aset dalam yuan.
Selain itu, People's Bank of China (PBOC) membuka pusat operasi di Shanghai untuk mempromosikan penggunaan digital yuan secara global, sekaligus mengumumkan rencana memperkuat bisnis yuan offshore di Hong Kong.
Huatai Futures memperkirakan yuan akan bergerak di kisaran 7,10–7,20 per dolar dalam jangka pendek, seiring PBOC menegaskan komitmen menjaga stabilitas yuan.
Bank sentral juga menjanjikan peningkatan dukungan kebijakan untuk pertumbuhan ekonomi, memicu harapan stimulus baru.
Baca Juga: China Percepat Internasionalisasi Yuan lewat Pusat Digital di Shanghai
“Kombinasi kebijakan moneter yang lebih longgar dan kebijakan fiskal yang lebih proaktif akan mendorong apresiasi yuan,” kata China Galaxy Securities, yang memprediksi pemangkasan suku bunga pada kuartal IV.
Sementara itu, AS juga diperkirakan akan menurunkan suku bunga lebih lanjut tahun ini, sehingga selisih imbal hasil antara China dan AS diperkirakan tidak akan melebar.
Broker tersebut memperkirakan yuan berpotensi menguat ke level 7,0 per dolar pada skenario dasar, hampir 2% lebih tinggi dari level saat ini, dan bisa mencapai 6,7 per dolar dalam skenario lebih optimistis.