kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.589.000   13.000   0,50%
  • USD/IDR 16.769   -9,00   -0,05%
  • IDX 8.538   -46,87   -0,55%
  • KOMPAS100 1.181   -4,39   -0,37%
  • LQ45 845   -3,52   -0,41%
  • ISSI 305   -2,17   -0,71%
  • IDX30 436   -0,64   -0,15%
  • IDXHIDIV20 511   0,73   0,14%
  • IDX80 132   -0,80   -0,61%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 140   0,34   0,25%

Zelensky Ajukan Rencana Damai Baru, Tawarkan Zona Demiliterisasi ke Rusia


Kamis, 25 Desember 2025 / 08:19 WIB
Zelensky Ajukan Rencana Damai Baru, Tawarkan Zona Demiliterisasi ke Rusia
ILUSTRASI. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Selasa mengajukan rencana perdamaian baru berisi 20 poin yang mencakup sejumlah konsesi kepada Rusia. (REUTERS/Jaimi Joy)


Sumber: The Hill | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Selasa mengajukan rencana perdamaian baru berisi 20 poin yang mencakup sejumlah konsesi kepada Rusia, sebagai upaya mengakhiri perang di Ukraina.

Mengutip The Hill, proposal ini merupakan versi ringkas dari rencana perdamaian 28 poin yang sebelumnya diusulkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Salah satu poin utama adalah pembentukan “sabuk benteng” berupa kota-kota di wilayah Donetsk yang berfungsi melindungi Ukraina dari potensi invasi lanjutan oleh Rusia.

Presiden Rusia Vladimir Putin selama ini mendorong penguasaan penuh wilayah Donetsk dalam negosiasi perdamaian dan menjadikan penyerahan wilayah sebagai syarat utama untuk mengakhiri perang.

Namun, alih-alih menyerahkan wilayah, Zelensky menawarkan pembentukan zona demiliterisasi di sepanjang garis depan, yang mewajibkan pasukan Rusia dan Ukraina menarik diri dari area yang disepakati.

“Jika kita membentuk zona ekonomi bebas di sini, yang pada dasarnya merupakan zona hampir tanpa militer, artinya pasukan berat ditarik dari wilayah ini, dan jaraknya misalnya 40 kilometer (bisa juga 5, 10, atau 40 kilometer), maka jika dua kota ini, Kramatorsk dan Sloviansk, menjadi zona ekonomi bebas kami, Rusia harus menarik pasukannya sejauh 5, 10, atau 40 kilometer,” kata Zelensky kepada wartawan, dikutip CNN.

Zelensky menegaskan bahwa kesepakatan ini harus diputuskan oleh rakyat Ukraina melalui referendum, yang membutuhkan waktu setidaknya 60 hari.

“Masyarakat nantinya bisa memilih: apakah akhir konflik seperti ini bisa diterima atau tidak,” ujar Zelensky.

Baca Juga: 4 Faktor yang Menekan Harga Bitcoin di Akhir 2025 dan Prospeknya Menuju 2026

Ia menambahkan, referendum hanya dapat digelar jika terdapat gencatan senjata nyata selama 60 hari. Tanpa itu, referendum tidak akan sah secara hukum.

Zelensky bersama para pemimpin Eropa dan Amerika Serikat terus mendesak Putin menyetujui gencatan senjata. Namun, serangan Rusia terhadap Kyiv masih berlanjut, termasuk serangan drone dalam beberapa hari terakhir.

“Karena tidak ada kepercayaan terhadap Rusia, mereka berulang kali melanggar janji, garis kontak saat ini pada dasarnya berubah menjadi zona ekonomi bebas de facto. Pasukan internasional harus ditempatkan di sana untuk menjamin tidak ada pihak yang masuk, baik ‘pasukan hijau kecil’ maupun tentara Rusia yang menyamar sebagai warga sipil,” ujar Zelensky, dikutip NBC News.

Dalam rancangan proposalnya, Zelensky juga mengusulkan penarikan pasukan Rusia dari wilayah Dnipropetrovsk, Mykolaiv, Sumy, dan Kharkiv.

Syarat tambahan lainnya mencakup pembentukan Dewan Perdamaian yang dipimpin oleh Presiden Trump, serta pendirian Dana Pembangunan Ukraina untuk membantu pemulihan negara tersebut dari kerusakan dan kerugian yang diperkirakan mencapai US$ 800 miliar.

Zelensky juga mendorong investasi AS di sektor gas alam Ukraina, pusat data, dan teknologi, menyusul serangan Rusia yang berulang terhadap jaringan energi negara itu.

Baca Juga: Kim Jong Un Memantau Uji Rudal Jarak Jauh dan Kapal Selam Nuklir Korea Utara

Proposal lain menyebutkan bahwa Ukraina harus menerima 50 persen produksi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia. Pemerintah Ukraina mengusulkan agar Amerika Serikat mengendalikan 50 persen sisanya dan menentukan pembagian aset pembangkit tersebut.

Zelensky menolak usulan sebelumnya yang membagi kepemilikan pembangkit itu secara merata antara AS, Ukraina, dan Rusia masing-masing 33 persen.

“Bagi Ukraina, usulan itu terdengar sangat tidak menguntungkan dan tidak sepenuhnya realistis. Bagaimana mungkin melakukan bisnis bersama Rusia setelah semua yang terjadi?” ujar Zelensky.

Ia menyebut, diskusi mengenai pembangkit nuklir tersebut telah berlangsung lebih dari 15 jam.

Selain dukungan ekonomi, Zelensky juga meminta jaminan keamanan dari AS, NATO, dan negara-negara Eropa yang “mencerminkan Pasal 5 NATO”, termasuk sanksi otomatis terhadap Rusia jika kembali menyerang Ukraina.

Namun, jika Ukraina menyerang Moskow tanpa provokasi, kesepakatan tersebut akan gugur.

Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Rabu menyatakan bahwa Putin telah menerima “laporan terperinci” mengenai hasil perjalanannya ke Miami untuk melanjutkan negosiasi dengan menantu Trump, Jared Kushner, serta para utusan lainnya.

Tonton: 20.000 Calon Jemaah Haji Sumatra Berpotensi Mundur ke Tahun 2027

“Berdasarkan informasi ini, Moskow akan menyusun langkah selanjutnya dan melanjutkan kontak dalam waktu dekat melalui jalur yang ada,” ujar Peskov.

Kesimpulan

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengajukan rencana perdamaian baru yang menawarkan konsesi strategis tanpa menyerahkan wilayah, termasuk pembentukan zona demiliterisasi, referendum nasional, serta pengaturan ulang aset energi strategis. Meski bertujuan mendorong gencatan senjata dan membuka jalan damai, proposal ini masih menghadapi tantangan besar mengingat sikap Rusia yang menuntut penyerahan wilayah serta berlanjutnya serangan militer di Ukraina.

Selanjutnya: 4 Faktor yang Menekan Harga Bitcoin di Akhir 2025 dan Prospeknya Menuju 2026

Menarik Dibaca: 8 Teh yang Efektif Membakar Lemak Tubuh secara Alami


Video Terkait



TERBARU

[X]
×