kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.714.000   12.000   0,71%
  • USD/IDR 16.430   54,00   0,33%
  • IDX 6.655   -9,85   -0,15%
  • KOMPAS100 944   -6,71   -0,71%
  • LQ45 741   -7,22   -0,97%
  • ISSI 209   1,26   0,61%
  • IDX30 386   -3,60   -0,93%
  • IDXHIDIV20 462   -4,86   -1,04%
  • IDX80 107   -0,87   -0,81%
  • IDXV30 110   -0,78   -0,70%
  • IDXQ30 126   -1,29   -1,01%

10 Penyebab Kelas Menengah Kehilangan Kekayaan Lebih Cepat di 2025


Kamis, 13 Maret 2025 / 02:30 WIB
10 Penyebab Kelas Menengah Kehilangan Kekayaan Lebih Cepat di 2025
ILUSTRASI. Tren ekonomi, perubahan kebijakan, dan masalah sistemik telah mempercepat erosi kekayaan bagi kelompok kelas menengah. KONTAN/Muradi


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Kelas menengah, yang dulunya merupakan tulang punggung ekonomi suatu negara, menghadapi tantangan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di tahun 2025. 

Tren ekonomi, perubahan kebijakan, dan masalah sistemik telah mempercepat erosi kekayaan bagi kelompok ini.

Dari meningkatnya biaya hidup hingga upah yang stagnan dan meningkatnya utang, stabilitas keuangan keluarga kelas menengah berada di bawah tekanan yang berat. 

Artikel ini membahas mengenai kelas menengah yang ada di Amerika. Namun bisa dijadikan bahan perbandingan dengan kelas menengah di Indonesia. 

Melansir New Trader U, berikut adalah 10 penyebab mengapa kelas menengah kehilangan kekayaan lebih cepat dari sebelumnya di 2025:.

1. Inflasi yang Berkelanjutan

Inflasi terus melampaui pertumbuhan upah, secara signifikan mengurangi daya beli rumah tangga kelas menengah. 

Kebutuhan pokok sehari-hari seperti bahan makanan, utilitas, dan transportasi menjadi lebih mahal, memaksa keluarga untuk mengalokasikan sebagian besar pendapatan mereka untuk kebutuhan dasar. 

Hal ini menyisakan sedikit ruang untuk tabungan atau investasi, yang mengikis stabilitas keuangan jangka panjang.

Baca Juga: Waspada Kelas Menengah, 5 Hal Ini Bisa Bikin Miskin dalam 5 Tahun ke Depan

2. Pertumbuhan Upah yang Stagnan

Meskipun produktivitas meningkat, upah untuk pekerja kelas menengah tidak sejalan dengan kenaikan biaya. 

Selama dekade terakhir, upah riil tumbuh kurang dari 0,5% per tahun sementara biaya hidup meningkat jauh lebih cepat. 

Kesenjangan ini memaksa keluarga untuk menghemat anggaran, sehingga membatasi kemampuan mereka untuk menabung atau berinvestasi untuk masa depan.

3. Meningkatnya Biaya Perumahan

Harga rumah dan sewa telah melonjak, membuat kepemilikan rumah menjadi tidak terjangkau bagi banyak keluarga kelas menengah. 

Di wilayah metropolitan, harga rumah rata-rata telah meningkat sebesar 20% hingga 25% selama tiga tahun terakhir, dan harga sewa telah mengikuti lintasan yang sama. 

Tren ini memaksa keluarga untuk mengalokasikan lebih banyak pendapatan mereka untuk perumahan, menyisakan lebih sedikit untuk kebutuhan pokok lainnya.

Baca Juga: Kabar Baik Bagi Kelas Menengah, Ini Cara Naik Kelas ala Warren Buffett

4. Meningkatnya Biaya Perawatan Kesehatan

Biaya perawatan kesehatan, termasuk premi asuransi dan biaya pribadi, terus meningkat. Bagi keluarga yang tidak memiliki rencana yang disponsori perusahaan, pengeluaran ini sangat membebani anggaran rumah tangga.

Resep obat dan biaya perawatan medis yang harus dibayar sendiri semakin memperburuk beban, terutama bagi mereka yang tidak memiliki rencana yang disponsori perusahaan. 

Beban keuangan yang semakin besar ini menyulitkan keluarga untuk menabung atau berinvestasi untuk masa depan.

5. Meningkatnya Biaya Pendidikan

Biaya pendidikan tinggi telah melampaui inflasi, sehingga semakin sulit bagi keluarga kelas menengah untuk membiayai kuliah. 

Beban ini membatasi kemampuan keluarga untuk membangun kekayaan dari waktu ke waktu.

Meningkatnya biaya pendidikan tidak terbatas pada biaya kuliah; biaya ini juga mencakup buku pelajaran, perumahan, dan biaya terkait lainnya. 

Biaya-biaya ini merupakan hambatan yang signifikan terhadap mobilitas ke atas bagi banyak keluarga kelas menengah.

Baca Juga: Ini Nilai Kekayaan Bersih yang Mendefinisikan Kelas Atas, Menengah, dan Bawah

6. Tabungan Darurat yang Tidak Mencukupi

Banyak rumah tangga kelas menengah tidak memiliki tabungan yang cukup untuk menutupi pengeluaran tak terduga. 

Keluarga dipaksa untuk membuat pilihan yang sulit ketika dihadapkan dengan pengeluaran yang tidak terduga, seperti tagihan medis atau perbaikan mobil, tanpa penyangga finansial. 

Kurangnya tabungan ini merupakan faktor signifikan dalam ketidakstabilan ekonomi kelas menengah.

7. Beban Utang yang Meningkat

Ketika biaya meningkat dan upah stagnan, banyak keluarga kelas menengah menggunakan kredit untuk mempertahankan gaya hidup mereka. 

Hal ini mengurangi pendapatan yang dapat dibelanjakan dan membatasi peluang untuk membangun kekayaan.

Ketergantungan pada kartu kredit dan pinjaman untuk menutupi pengeluaran sehari-hari menciptakan siklus utang yang sulit diputus. 

Baca Juga: 5 Gaya Hidup Hemat yang Perlu Diterapkan Kelas Menengah untuk Menghadapi 2025

8. Meningkatnya Teknologi dan Biaya Berlangganan

Layanan digital penting seperti telepon pintar, internet, dan langganan streaming bertambah dengan cepat. 

Meskipun tampak kecil, pengeluaran ini mengurangi jumlah yang tersedia untuk tabungan atau tujuan keuangan lainnya.

Bangkitnya ekonomi digital telah menciptakan pengeluaran baru yang tidak ada satu generasi sebelumnya. 

Biaya ini merupakan pajak tersembunyi bagi keluarga kelas menengah, yang selanjutnya mengikis stabilitas keuangan mereka.

9. Pensiun Tertunda

Tabungan yang tidak mencukupi dan harapan hidup yang lebih panjang memaksa banyak pekerja kelas menengah untuk menunda pensiun. 

Tren ini menciptakan siklus ketegangan keuangan yang sulit diputus.

Kurangnya tabungan pensiun menjadi perhatian penting bagi banyak keluarga kelas menengah, karena hal itu membatasi kemampuan mereka untuk menikmati tahun-tahun terakhir dan meningkatkan ketergantungan mereka pada Jaminan Sosial dan program pemerintah lainnya.

Tonton: Waspada Kelas Menengah, 5 Hal Ini Bisa Bikin Miskin dalam 5 Tahun ke Depan

10. Polarisasi Pasar Kerja

Teknologi dan globalisasi telah menghilangkan banyak pekerjaan keterampilan menengah sekaligus menciptakan pertumbuhan di pasar tenaga kerja kelas atas dan bawah. 

Polarisasi ini mengurangi peluang untuk karier yang stabil dan bergaji tinggi, yang selanjutnya mempercepat hilangnya kekayaan.

Pergeseran ke pasar kerja yang lebih terpolarisasi telah membuat banyak pekerja kelas menengah berjuang untuk mendapatkan pekerjaan yang stabil. Tren ini merupakan faktor penting dalam tantangan keuangan kelas menengah.

Selanjutnya: Intip Jadwal Imsakiyah Hari Ini Kota Samarinda Kaltim Kamis (13/3) Ramadhan 2025

Menarik Dibaca: Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jogja dan Sekitarnya pada 13 Maret 2025


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×