Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Aktivitas pabrik di kawasan Asia mengalami perlambatan pada Agustus sebagai akibat dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina. Kondisi ini akan memperkuat alasan bagi para pembuat kebijakan mengeluarkan stimulus baru untuk mencegah resiko resesi.
Aktivitas pabrik China secara tak terduga memang meningkat pada Agustus karena output naik berdasarkan indeks Purchasing Managers (PM) sektor swasta yang dirilis pada Senin (2/9). Namun, pesanan tetap melemah dan kepercayaan bisnis goyah.
Baca Juga: Perang dagang makin sulit ditebak ujungnya
Sedangkan Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan yang bergantung pada ekspor menghadapi perlambatan aktivitas pabrik. Ini menunjukkan tekanan semakin besar akibat perang tarif AS-China tersebut.
"Gambaran umum untuk ekspor Asia masih sangat lemah karena dampak perang dagang AS-China yang terus meningkat," kata Rajiv Biswas, kepala ekonom Asia Pasifik di IHS Markit seperti dikutip Reuters, Senin (2/9).
Selain karena dampak dari perang dagang, lemahnya ekspor di Asia juga akibat perlambatan sektor otomotif dan menurunnya permintaan smartphone di China. Faktor itu membawa dampak negatif pada sektor elektronik Korea Selatan dan Jepang.
Seperti diketahui, ketegangan antara AS dan China terus meningkat yang ditandai dengan saling balas kenaikan tarif. AS mulai mengenakan tarif 15% pada berbagai barang ekspor dari Cina pada Minggu (31/80 dan China membalas dengan rencana kenaikan untuk minyak mentah dari AS.
Baca Juga: Perusahaan rokok elektrik Juul, raih pendanaan US$ 785,2 juta
The Caixin/Markit Manufacturing Purchasing Managers Index (PMI) China Agustus naik ke level tertinggi dalam lima bulan menjadi 50,4 dari 49,9 pada bulan Juli. Capaian itu mengalahkan perkiraan rata-rata analis.