kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Aktivitas pabrik di Asia melemah pada Agustus sebagai buntut dari perang dagang


Senin, 02 September 2019 / 17:18 WIB
Aktivitas pabrik di Asia melemah pada Agustus sebagai buntut dari perang dagang
ILUSTRASI. Manufaktur Jepang


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Aktivitas pabrik di kawasan Asia mengalami perlambatan pada Agustus sebagai akibat dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina. Kondisi ini akan memperkuat alasan bagi para pembuat kebijakan mengeluarkan stimulus baru untuk mencegah resiko resesi.

Aktivitas pabrik China secara tak terduga memang meningkat pada Agustus karena output naik berdasarkan indeks Purchasing Managers (PM) sektor swasta yang dirilis pada Senin (2/9). Namun, pesanan tetap melemah dan kepercayaan bisnis goyah.

Baca Juga: Perang dagang makin sulit ditebak ujungnya

Sedangkan Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan yang bergantung pada ekspor menghadapi perlambatan aktivitas pabrik. Ini menunjukkan tekanan semakin besar akibat perang tarif AS-China tersebut.

"Gambaran umum untuk ekspor Asia masih sangat lemah karena dampak perang dagang AS-China yang terus meningkat," kata Rajiv Biswas, kepala ekonom Asia Pasifik di IHS Markit seperti dikutip Reuters, Senin (2/9).

Selain karena dampak dari perang dagang, lemahnya ekspor di Asia juga akibat perlambatan sektor otomotif dan menurunnya permintaan smartphone di China. Faktor itu membawa dampak negatif pada sektor elektronik Korea Selatan dan Jepang.

Seperti diketahui, ketegangan antara AS dan China terus meningkat yang ditandai dengan saling balas kenaikan tarif. AS mulai mengenakan tarif 15% pada berbagai barang ekspor dari Cina pada Minggu (31/80 dan China membalas dengan rencana kenaikan untuk minyak mentah dari AS.

Baca Juga: Perusahaan rokok elektrik Juul, raih pendanaan US$ 785,2 juta

The Caixin/Markit Manufacturing Purchasing Managers Index (PMI) China Agustus naik ke level tertinggi dalam lima bulan menjadi 50,4 dari 49,9 pada bulan Juli. Capaian itu mengalahkan perkiraan rata-rata analis.

Sedangkan aktivitas manufaktur Jepang turun selama empat bulan berturut-turut pada bulan Agustus. Ini mengindikasikan prospek yang semakin gelap untuk negara ekonomi terbesar ketiga di dunia. Ekspor Negeri Sakura ini merosot untuk bulan kedelapan di bulan Juli karena penjualan China yang merosot.

Jepang juga kemungkinan akan mulai kehilangan dukungan dari konsumsi dan belanja modal dari dalam negerinya. Berakhirnya konstruksi untuk kebutuhan Olimpiade Tokyo 2020 dan kenaikan pajak penjualan terjadwal pada Oktober diperkirakan akan mengurangi volume produksi dalam beberapa bulan mendatang.

Baca Juga: Pengamat: Tak ada yang bisa jauh-jauh, China adalah pasar dunia

Tanda-tanda pelemahan permintaan domestik dapat menambah tekanan pada Bank Sentral Jepang untuk meningkatkan stimulus pada tinjauan suku bunga pada 18-19 September, mengikuti keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa dan Federal Reserve AS.

"Perang perdagangan AS-China meningkat dan kami juga melihat ketegangan meningkat antara Washington dan Eropa yang dapat menyebabkan ekonomi global goyah. Jepang dapat meluncur ke resesi sekitar waktu kenaikan pajak penjualan berlaku," kata Yoshimasa Maruyama, kepala ekonom pasar SMBC Nikko Securities.

Aktivitas pabrik Korea Selatan juga menyusut karena pabrikan merasakan kesulitan tidak hanya dari perang dagang AS-China tetapi juga akibat pertikaian diplomatik yang meningkat dengan Jepang.

Ekspor negara itu jatuh pada bulan Agustus selama sembilan bulan berturut-turut karena permintaan yang lesu dari China sebagai pembeli terbesarnya dan harga chip komputer yang tertekan secara global.

Baca Juga: Jack Ma punya buku yang kerap ia bawa setiap hari, apa itu?

Data ini akan memperkuat dorongan bagi Bank Sentral Korea Selatan melakukan pelonggaran tambahan setelah penurunan suku bunga secara mengejutkan pada Juli lalu.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×