Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) dan sekutunya harus mengambil saham pengendali di dua perusahaan telekomunikasi asal Finlandia dan Swedia , Nokia dan Ericsson agar bisa memerangi dominasi raksasa telekomunikasi China Huawei di pasar 5G.
Hal tersebut disampaikan oleh Jaksa Agung AS William Barr dalam pidatonya di sebuah konferensi mengenai spionase ekonomi Tiongkok seperti dikutip Reuters, Jumat (7/2).
Baca Juga: Nintendo: Pengiriman konsol Switch akan tertunda karena wabah virus corona
Barr mengatakan keberpihakan dapat terjadi melalui kepemilikan saham pengendali oleh Amerika, baik secara langsung atau melalui konsorsium perusahaan swasta Amerika dan sekutu.
"Menempatkan pasar besar dan kekuatan finansial kita di belakang salah satu atau kedua perusahaan ini akan menjadikannya pesaing yang jauh lebih tangguh dan menghilangkan kekhawatiran tentang daya tahannya, atau daya tahannya," kata Barr.
Barr menegaskan, AS dan sekutu terdekatnya perlu secara aktif mempertimbangkan pendekatan tersebut. Nokia dan Ericsson memiliki kapitalisasi pasar gabungan sekitar US$ 50 miliar.
Namun tidak jelas sumber dana apa yang berpotensi dimanfaatkan pemerintah AS untuk mengambil risiko di perusahaan-perusahaan tersebut atau jika regulator asing akan menyetujui.
Baca Juga: Miliarder kripto kontroversial China, Justin Sun, kencan makan siang dengan Buffett
Ericsson menolak berkomentar terkait pidato Barr tersebut, sementara Nokia tidak segera berkomentar. Saham perusahaan naik lebih tinggi setelah komentar Barr dalam perdagangan Eropa.
Bulan lalu, sekelompok senator AS memperkenalkan undang-undang untuk menyediakan lebih dari US$ 1 miliar untuk berinvestasi dalam alternatif berbasis Barat untuk penyedia peralatan China Huawei dan ZTE dan mempercepat pengembangan arsitektur terbuka untuk memungkinkan vendor alternatif memasuki pasar untuk jaringan tertentu komponen.
Barr mengatakan Cina telah muncul sebagai musuh geo-politik teratas. "Cina telah mencuri pawai dan sekarang memimpin dalam 5G. Mereka telah merebut 40% pasar dan sekarang secara agresif mengejar keseimbangan." katanya.