kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.074.000   -12.000   -0,58%
  • USD/IDR 16.462   -28,00   -0,17%
  • IDX 7.689   60,07   0,79%
  • KOMPAS100 1.076   9,67   0,91%
  • LQ45 779   9,26   1,20%
  • ISSI 265   0,91   0,35%
  • IDX30 405   4,57   1,14%
  • IDXHIDIV20 472   4,50   0,96%
  • IDX80 119   1,04   0,88%
  • IDXV30 130   -0,52   -0,40%
  • IDXQ30 131   1,45   1,12%

Analis Sebut Bubble Aset Mulai Pecah Bersamaan


Senin, 10 Januari 2022 / 18:07 WIB
Analis Sebut Bubble Aset Mulai Pecah Bersamaan
ILUSTRASI. Bursa Saham AS. REUTERS/Andrew Kelly


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Kebijakan moneter super mudah selama satu dekade terakhir memang telah menciptakan gelembung aset (bubble) di seluruh dunia. Sejumlah analis menilai bubble sudah pecah seiring rencana pengetatan kebijakan yang akan dilakukan The Fed. 

Menurut Ahli Strategis Bank of Amerika, termasuk Muchael Hartnett, gelembung telah pecah secara bersamaan pada berbagai aset seperti kripto, paladium, saham jangka panjang perusahaan teknologi, dan aset lain yang secara  historis beresiko. 

"Namun, penurunan spekulatif mulai terjadi karena investor bersiap menghadapi pengetatan kebijakan The Fed," katanya dikutip Bloomberg, Senin (10/1).

Jay Hatfield, Manajer Portofolio Infrastructure Capital Advisors mengatakan, pengurangan likuiditas di pasar yang dilakukan The Fed akan menyebabkan saham premium beresiko dan suku bunga naik. Itu akan berlanjut membawa efek tak  proporsional pada aset paling berisiko di pasar, termasuk saham teknologi yang merugi dan terutama cryptocurenncy yang tak punya nilai intrinsik. 

Baca Juga: Kasus Omicron Banjiri RS NHS, Perusahaan Kesehatan Swasta Inggris dalam Siaga Tinggi

Inovasi ETF unggulan dari Ark Investmen Management telah merosot sekitar 46% dari rekor tertingginya pada Februari 2021. Sinyal Hawkish dari The Fed telah memukul saham-saham teknologi bernilai mahal seperti Tesla dan Roku yang mendominasi portofolio ARK. 

Spekulasi juga menurun di saham-saham paling beresiko di pasar ekuitas. Sejumlah saham teknologi yang tidak menguntungkan Goldman Sachs telah jatuh setelah kenaikan selama bertahun-tahun di saat indeks yang melacak SPAC turun 35% dari level tertingginya.

Todd Rosenbluth, Kepala Peneliti ETF di CFRA mengatakan, suku bunga yang berpotensi meningkat menyebabkan investor menilai kembali risiko yang bersedia mereka ambil. Menurutnya, perusahaan dengan bisnis yang kurang stabil semakin tidak disukai investor.

Namun, dia tidak menganggap kondisi pasar saat ini sebagai kondisi pecahnya bubble. “Saya tidak suka frase gelembung karena hanya terlihat jelas di belakang. Kami berada di tengah tren ini dan mungkin berbalik arah atau mungkin tidak," katanya. 

Baca Juga: Ekonominya Terganggu, Filipina Desak Indonesia Cabut Larangan Ekspor Batubara

Indeks Nasdaq Biotech turun 6,5%  pada minggu pertama tahun 2022.  Banyak anggota indeks belum menghasilkan penjualan atau keuntungan dan telah dipengaruhi oleh rotasi investor dari saham berisiko tinggi dan bernilai tinggi.

Sementara itu, Invesco Solar ETF mencatatkan arus keluar lebih dari US$ 70 juta pada Kamis lalu, terbesar sejak Maret tahun lalu. Perusahaan ini pada tahun 2020 mencatatkan gain lebih dari 230% telah kehilangan kilaunya dalam beberapa hari terakhir karena The Fed berubah lebih hawkish.




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×