kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Ancaman baru pandemi, pejabat China: Bisa terjadi krisis pangan hebat global


Senin, 20 April 2020 / 14:36 WIB
Ancaman baru pandemi, pejabat China: Bisa terjadi krisis pangan hebat global
ILUSTRASI. Ilustrasi daging babi di China. REUTERS/Jason Lee/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING/SHANGHAI. Seorang pejabat pertanian terkemuka di China mengungkapkan, ada ancaman baru terkait pandemi virus corona global. Yakni, munculnya ancaman berupa goncangan besar bagi perdagangan pangan internasional dan memicu krisis pangan hebat du dunia. 

Melansir Reuters, pernyataan itu muncul ketika wabah virus corona mengguncang rantai pasokan pertanian global, setelah beberapa negara membatasi ekspor biji-bijian utama dan meningkatkan pengadaan cadangan.

"Epidemi global yang menyebar cepat telah membawa ketidakpastian besar pada perdagangan dan pasar pertanian internasional," kata Yu Kangzhen, wakil menteri pertanian China kepada Reuters.

Baca Juga: Selain lawan corona, sejumlah negara juga bakal berjuang melawan cuaca ekstrem

"Jika epidemi terus menyebar dan meningkat, dampak pada perdagangan dan produksi pangan internasional pasti akan memburuk, dan mungkin memicu putaran baru krisis pangan," kata Yu saat konferensi video tentang prospek pertanian negara itu.

Yu menambahkan, pandemi dan langkah-langkah yang diambil beberapa negara untuk mengamankan pasokan domestik telah menghambat perdagangan dan pasokan normal, dan menyebabkan beberapa fluktuasi harga utama.

Baca Juga: Ramadan tahun ini, harga bahan pokok diprediksi stabil dan tidak ada lonjakan inflasi

Pandemi virus corona, yang dimulai di pusat kota Wuhan China pada akhir tahun lalu, telah menginfeksi 2,3 juta orang dan menewaskan 159.000 orang di seluruh dunia.

Penguncian dan karantina yang ketat untuk mengendalikan wabah virus corona telah mengganggu rantai pasokan China dan menyulitkan banyak industri untuk menemukan jumlah pekerja yang cukup, hingga menunda produksi unggas dan babi di pasar daging terbesar di dunia.

Meskipun China memiliki biji-bijian yang cukup untuk memenuhi permintaan domestik, beberapa produk pertanian lain yang bergantung pada impor seperti kedelai dan minyak nabati dapat dipengaruhi oleh pandemi global, kata Yu.

Baca Juga: World Bank dan MDBs salurkan bantuan senilai US$ 240 miliar untuk perangi corona

Dia juga bilang, ekspor perikanan, sayuran, dan teh Tiongkok akan terpengaruh karena penyakit ini.

Berbicara pada konferensi yang sama, Menteri Pertanian Han Changfu mengesampingkan krisis pangan di China, dengan mengatakan negara itu memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk mengamankan pasokan biji-bijian dan produk pertanian utama lainnya.

Sementara laju penularan virus dalam negeri telah melambat, China kini lebih fokus pada infeksi dari kedatangan di luar negeri untuk melindungi terhadap kebangkitan besar dan memantau penyebaran di provinsi timur laut Heilongjiang.

Baca Juga: Begini cara Bulog memenuhi kebutuhan pangan saat pandemi corona

"Risiko virus corona yang diimpor masih besar dan akan memberi tekanan besar pada produksi ternak," kata Yu.

China juga berjuang melawan demam babi Afrika yang mematikan, yang telah memangkas kawanan babinya setidaknya 40% dan masih menyebar. Negara ini telah melaporkan 13 kasus baru demam babi Afrika sejak Maret.

"Risiko demam babi Afrika telah meningkat secara signifikan, karena pemulihan produksi babi semakin cepat dan semakin banyak anak babi dan peternak yang dikirim," kata Yu.

Baca Juga: Ini delapan dampak negatif bagi perekonomian Indonesia akibat wabah virus corona

Para petani China, yang terpikat oleh keuntungan besar dan serangkaian kebijakan pemerintah, telah mempercepat upaya untuk membangun kembali peternakan babi.

Tidak hanya itu, lanjut Yu, hama, kekeringan dan banjir juga menghadirkan ancaman lebih keras dari biasanya pada tahun ini.



TERBARU

[X]
×