kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.378.000   -2.000   -0,08%
  • USD/IDR 16.693   17,00   0,10%
  • IDX 8.559   37,05   0,43%
  • KOMPAS100 1.186   6,14   0,52%
  • LQ45 861   3,46   0,40%
  • ISSI 302   2,81   0,94%
  • IDX30 444   0,45   0,10%
  • IDXHIDIV20 513   0,49   0,10%
  • IDX80 133   0,79   0,60%
  • IDXV30 137   0,78   0,57%
  • IDXQ30 142   0,26   0,19%

Ancaman dari China Meningkat, Taiwan Akan Tambah Anggaran Pertahanan US$ 40 Miliar


Rabu, 26 November 2025 / 14:30 WIB
Ancaman dari China Meningkat, Taiwan Akan Tambah Anggaran Pertahanan US$ 40 Miliar
ILUSTRASI. Lai Ching-te, yang kini menjabat sebagai presiden Taiwan


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Taiwan akan menambah anggaran pertahanan sebesar US$ 40 miliar untuk menggarisbawahi tekadnya dalam mempertahankan diri menghadapi ancaman yang meningkat dari China. Hal itu diungkap Presiden Lai Ching-te pada hari Rabu (26/11/2025).

China, yang memandang Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri, telah meningkatkan tekanan militer dan politik selama lima tahun terakhir untuk menegaskan klaimnya, yang ditolak keras oleh Taipei.

Ketika Taiwan menghadapi desakan dari Washington untuk meningkatkan anggaran pertahanannya sendiri, yang mencerminkan tekanan Amerika Serikat (AS) terhadap Eropa, Lai mengatakan pada bulan Agustus bahwa ia berharap peningkatan anggaran pertahanan menjadi 5% dari produk domestik bruto pada tahun 2030.

Saat mengumumkan paket senilai T$ 1,25 triliun (atau setara US$ 39,89 miliar), Lai mengatakan sejarah telah membuktikan bahwa mencoba berkompromi dalam menghadapi agresi tidak akan menghasilkan apa-apa selain "perbudakan".

Baca Juga: Laporan PBB: Indonesia Terancam Panas Ekstrem, Ekonomi Terdampak

"Tidak ada ruang untuk kompromi terkait keamanan nasional," ujarnya dalam konferensi pers di kantor kepresidenan.

"Kedaulatan nasional dan nilai-nilai inti kebebasan dan demokrasi adalah fondasi bangsa kita."

Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo mengatakan, anggaran tersebut, yang akan berlaku dari tahun 2026-2033, akan mencakup berbagai hal termasuk rudal dan drone serta sistem pertahanan udara "T-Dome" yang baru.

TEKAD UNTUK MEMPERTAHANKAN DIRI

Lai, yang pertama kali mengumumkan rencana belanja baru tersebut dalam sebuah opini di Washington Post pada hari Selasa, mengatakan bahwa Taiwan menunjukkan tekadnya untuk mempertahankan diri.

"Ini adalah perjuangan antara mempertahankan Taiwan yang demokratis dan menolak untuk tunduk menjadi 'Taiwan-nya China'," tambahnya, alih-alih sekadar perjuangan ideologis atau perselisihan tentang "penyatuan versus kemerdekaan".

Lai sebelumnya telah mengisyaratkan adanya tambahan anggaran pertahanan, tetapi belum memberikan detailnya.

Duta Besar AS de facto di Taipei, Raymond Greene, menulis di Facebook bahwa Amerika Serikat mendukung "perolehan cepat kemampuan asimetris yang krusial" oleh Taiwan.

"Pengumuman hari ini merupakan langkah besar menuju pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dengan memperkuat pencegahan," tambahnya.

Taiwan telah memodernisasi angkatan bersenjatanya untuk mendorong pendekatan "asimetris" dalam peperangan agar pasukannya, yang jauh lebih kecil daripada Tiongkok, lebih lincah dan mampu memberikan serangan yang lebih besar dan lebih terarah.

Untuk tahun 2026, pemerintah berencana pengeluaran tersebut akan mencapai T$949,5 miliar (setara US$ 30,3 miliar), atau setara dengan 3,32% dari PDB, melampaui ambang batas 3% untuk pertama kalinya sejak 2009.

Baca Juga: China Hentikan Pembangunan Sejumlah Smelter Tembaga Baru, Ada Apa?

Pengeluaran tersebut harus disahkan oleh parlemen Taiwan yang didominasi oposisi.

Cheng Li-wun, ketua partai oposisi terbesar Taiwan, Kuomintang, sebelumnya telah menolak peningkatan anggaran pertahanan. Pada hari Rabu, ia tidak secara langsung mengatakan partainya akan menentang anggaran tersebut, tetapi mendesak Lai untuk "menjauh dari jurang".

"Saya juga berharap masyarakat internasional dapat memahami bahwa rakyat Taiwan mencintai perdamaian dan sangat menginginkan perdamaian. Kami ingin menjauh dari api perang, kami ingin menghindari perang," ujar Cheng dalam rapat partai.

Pengumuman Lai muncul di tengah pertikaian sengit antara China dan Jepang mengenai Taiwan, setelah Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan bahwa serangan hipotetis China terhadap Taiwan dapat memicu aksi militer Jepang.

"Terus-menerus melancarkan ancaman dan serangan multifaset terhadap negara-negara tetangga di setiap kesempatan bukanlah perilaku yang diharapkan dari sebuah negara adidaya yang bertanggung jawab," ujar Lai, ketika ditanya tentang masalah tersebut dan merujuk pada China.

Sebelumnya di Beijing, juru bicara Kantor Urusan Taiwan Tiongkok mengatakan Taiwan membiarkan "kekuatan eksternal" mendikte keputusannya.

"Mereka menghambur-hamburkan dana yang seharusnya dapat digunakan untuk meningkatkan penghidupan masyarakat dan mengembangkan ekonomi dengan membeli senjata dan menjilat kekuatan eksternal," ujar juru bicara Peng Qingen kepada para wartawan.

Baca Juga: Mobil China GWM Pacu Penjualan, Siapkan Pabrik Eropa 300.000 Unit Per Tahun

"Ini hanya akan menjerumuskan Taiwan ke dalam bencana."

Amerika Serikat terikat oleh hukum untuk menyediakan sarana bagi Taiwan untuk mempertahankan diri, meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik formal.

HUBUNGAN DENGAN AS

Namun, sejak Presiden AS Donald Trump menjabat pada bulan Januari, AS hanya menyetujui satu penjualan senjata baru ke Taiwan, yaitu paket senilai $330 juta untuk jet tempur dan suku cadang pesawat lainnya yang diumumkan bulan ini.

Amerika Serikat berencana untuk meningkatkan penjualan senjata ke Taipei hingga melampaui tingkat penjualan pada masa jabatan pertama Trump, sebagai bagian dari upaya untuk menghalangi China, ungkap dua pejabat AS kepada Reuters pada bulan Mei.

"Komunitas internasional saat ini lebih aman berkat upaya pemerintahan Trump untuk mencapai perdamaian melalui kekuatan," kata Ltulis ai di Washington Post.

Lai mengatakan hubungan Taiwan dengan Amerika Serikat "sangat kokoh", ketika ditanya dalam konferensi pers apakah ia khawatir tentang kunjungan Trump ke China tahun depan, mengingat membaiknya hubungan perdagangan Washington-Beijing.

"Baru-baru ini, sebelum kunjungannya ke Asia, Presiden Trump secara khusus menekankan bahwa 'Taiwan adalah Taiwan' dan Presiden Trump (mengatakan ia) secara pribadi menghormati Taiwan. Dua pernyataan singkat ini menjelaskan semuanya," kata Lai, merujuk pada komentar yang dilontarkan Trump saat mengunjungi wilayah tersebut bulan lalu.

Lai mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat menentukan masa depan mereka. Beijing telah menolak tawaran perundingan yang berulang kali diajukannya, dengan mengatakan bahwa ia seorang "separatis".

Selanjutnya: Jisoo BLACKPINK Beli Vila Eksklusif dio Gangnam Senilai US$14 Juta

Menarik Dibaca: Tayang 8 Januari, Film Suka Duka Tawa Rilis Official Trailer & Poster




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×