kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.471.000   2.000   0,14%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

Antartika Menghijau Seiring Memanasnya Iklim di Benua Es Ini


Jumat, 04 Oktober 2024 / 19:07 WIB
Antartika Menghijau Seiring Memanasnya Iklim di Benua Es Ini
ILUSTRASI. Dalam beberapa dekade terakhir, tanaman di Semenanjung Antartika mengalami lonjakan lebih dari sepuluh kali lipat. Sumber foto : ufonet.be


Sumber: The Guardian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam beberapa dekade terakhir, tanaman di Semenanjung Antartika mengalami lonjakan lebih dari sepuluh kali lipat akibat krisis iklim yang memanaskan benua es ini.

Analisis data satelit menunjukkan bahwa pada tahun 1986, terdapat kurang dari satu kilometer persegi vegetasi, namun pada tahun 2021, luas penutup hijau mencapai hampir 12 kilometer persegi. Penelitian menemukan bahwa penyebaran tanaman, terutama lumut, telah meningkat pesat sejak tahun 2016.

Dampak Pemanasan Global

Pertumbuhan vegetasi di benua yang didominasi oleh es dan batuan telanjang ini menandakan dampak pemanasan global yang semakin meluas ke wilayah Antartika, yang mana memanas lebih cepat dibandingkan rata-rata global.

Baca Juga: Gunung Everest Alami Pertumbuhan Tidak Normal, Ini Penjelasan Ilmuwan

Para ilmuwan memperingatkan bahwa penyebaran ini dapat memberikan ruang bagi spesies invasif asing untuk memasuki ekosistem Antartika yang masih asli.

Greening atau hijau juga dilaporkan terjadi di wilayah Arktik, dan pada tahun 2021, untuk pertama kalinya, hujan, bukan salju, turun di puncak lapisan es besar Greenland. "Lanskap Antartika masih didominasi oleh salju, es, dan batu, dengan hanya sebagian kecil yang dijajah oleh kehidupan tanaman," ungkap Dr. Thomas Roland dari University of Exeter, Inggris, yang memimpin penelitian ini.

"Namun, bagian kecil itu telah tumbuh secara dramatis - menunjukkan bahwa bahkan kawasan liar yang luas dan terisolasi ini terkena dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia," tambahnya.

Peringatan untuk Masa Depan

Roland memperingatkan bahwa pemanasan di masa depan, yang akan terus berlangsung sampai emisi karbon dihentikan, dapat membawa "perubahan mendasar pada biologi dan lanskap wilayah ikonik dan rentan ini." Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience dan didasarkan pada analisis gambar Landsat.

Baca Juga: Apa Itu Pemanasan Global? Ini Penyebab Blobal Warming, Dam-ak, dan Cara Mencegahnya

Prof. Andrew Shepherd dari Northumbria University, Inggris, yang tidak terlibat dalam tim penelitian, menyatakan, "Ini adalah penelitian yang sangat menarik dan sejalan dengan apa yang saya temukan ketika saya mengunjungi Larsen Inlet di semenanjung beberapa tahun yang lalu. Kami mendarat di pantai yang tertutup di bawah Larsen Ice Shelf hingga shelf tersebut runtuh pada tahun 1986-1988. Kami menemukan sekarang ada sungai dengan alga hijau yang tumbuh di dalamnya!"

"Tempat ini telah tersembunyi dari atmosfer selama ribuan tahun dan dijajah oleh tanaman dalam beberapa dekade setelahnya menjadi bebas es - ini benar-benar menakjubkan," tambahnya. "Ini adalah barometer perubahan iklim tetapi juga titik balik bagi wilayah ini karena kehidupan kini memiliki pijakan di sana."

Perubahan Lingkungan

Percepatan penyebaran lumut sejak tahun 2016 bertepatan dengan mulai menurunnya luas es laut di sekitar Antartika. Lautan yang lebih hangat mungkin menyebabkan kondisi yang lebih lembap yang mendukung pertumbuhan tanaman.

Lumut dapat menjajah batu telanjang dan menciptakan dasar tanah yang, bersama dengan kondisi yang lebih lembut, dapat memungkinkan tanaman lain untuk tumbuh.

Baca Juga: Jenis-Jenis Siklus Air, Manfaat, dan Proses Terjadinya Siklus Air

Dr. Olly Bartlett dari University of Hertfordshire, yang juga memimpin penelitian ini, mengatakan, "Tanah di Antartika sebagian besar miskin atau tidak ada, tetapi peningkatan kehidupan tanaman ini akan menambah materi organik dan memfasilitasi pembentukan tanah. Ini meningkatkan risiko spesies non-asli dan invasif yang mungkin dibawa oleh ekowisatawan, ilmuwan, atau pengunjung lainnya ke benua ini."

Sebuah studi pada tahun 2017 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan lumut meningkat, tetapi tidak menilai luas area yang tercakup. Penelitian lain pada tahun 2022 menunjukkan bahwa dua spesies tanaman berbunga asli Antartika mulai menyebar di Pulau Signy, di utara semenanjung Antartika.

Selanjutnya: Aswata Menilai Tarif Premi Asuransi Gempa Bumi Perlu Dinaikkan

Menarik Dibaca: Ashley Hotel Group Gaet Tamu Lewat Kompetisi Seni Melipat Handuk




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×