kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

AS: China ancaman terbesar bagi demokrasi di seluruh dunia sejak Perang Dunia II


Jumat, 04 Desember 2020 / 23:40 WIB
AS: China ancaman terbesar bagi demokrasi di seluruh dunia sejak Perang Dunia II


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pejabat tinggi intelijen Amerika Serikat (AS) meningkatkan serangan keras Pemerintahan Donald Trump kepada Beijing, melabeli China sebagai ancaman terbesar bagi demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia sejak Perang Dunia II.

"Intelijennya jelas: Beijing bermaksud untuk mendominasi AS dan seluruh planet secara ekonomi, militer, dan teknologi," kata Direktur Intelijen Nasional (DNI) John Ratcliffe dalam artikel opini di situs Wall Street Journal, Kamis (3/12), seperti dikutip Reuters.

Ratcliffe, mantan anggota Kongres Republik yang ditunjuk Trump sebagai DNI musim semi lalu, mengatakan, China merupakan "ancaman terbesar bagi Amerika Serikat saat ini, dan ancaman terbesar bagi demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia sejak Perang Dunia II".

Dia menyebutkan, Pemerintahan Trump telah mengalihkan sumber daya dalam anggaran tahunan sebesar US$ 85 miliar yang dialokasikan untuk intelijen guna meningkatkan fokus pada China.

Baca Juga: Taiwan: Kesepakatan dagang menunjukkan dukungan AS dalam menghadapi tekanan China

Pendekatan spionase ekonomi China 

Menurut Ratcliffe, pendekatan spionase ekonomi China ada tiga: "Rob, Replicate, and Replace."

Strateginya adalah entitas China mencuri kekayaan intelektual perusahaan AS, menyalinnya, dan kemudian menggantikan posisi korporasi negeri uak Sam di pasar global.

Juru bicara Kedutaan Besar China di Washington membantah komentar Ratcliffe sebagai "mendistorsi fakta" dan munafik. Ia mengatakan, Ratcliffe menunjukkan "pola pikir Perang Dingin yang mengakar dan prasangka ideologis dari beberapa orang di pihak AS".

Beijing sering meminta para pemimpin AS untuk memutar kembali retorika mereka tentang China, karena ketakutan akan peran Tiongkok yang semakin meningkat di dunia.

Baca Juga: Amerika Serikat bikin kebijakan baru, China bakal meradang


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×