Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - ABU DHABI. U.S. Army Secretary Dan Driscoll mengadakan pertemuan tertutup dengan pejabat Rusia di Abu Dhabi sebagai bagian dari dorongan baru pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang di Ukraina. Pertemuan tambahan diperkirakan berlangsung Selasa (25/11/2025).
Pertemuan ini muncul di tengah upaya pejabat AS dan Ukraina untuk menyelaraskan pandangan terkait rencana perdamaian. Namun, sejumlah isu krusial masih belum terselesaikan, dan Ukraina berhati-hati agar tidak terpaksa menerima kesepakatan yang sebagian besar menguntungkan Kremlin.
Detail resmi pertemuan di Abu Dhabi belum diketahui, termasuk siapa yang tergabung dalam delegasi Rusia. Sumber AS mengatakan Driscoll, yang kini menjadi figur kunci dalam upaya diplomatik AS, juga dijadwalkan bertemu pejabat Ukraina selama berada di Abu Dhabi.
Baca Juga: Rusia dan Ukraina Gelar Perundingan Damai Pertama dalam Tujuh Pekan
Serangan rudal dan ratusan drone menghantam ibu kota Ukraina, Kyiv, semalam. Sedikitnya enam orang tewas dalam serangan itu, sementara warga berlindung di bawah tanah dengan jaket tebal, beberapa bahkan di tenda.
Kebijakan AS terkait perang di Ukraina mengalami beberapa kali perubahan belakangan ini. Pertemuan mendadak antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Agustus lalu sempat memicu kekhawatiran di Kyiv dan Eropa bahwa Washington mungkin menerima sebagian tuntutan Rusia. Namun, hasilnya justru menambah tekanan AS terhadap Rusia.
Rencana perdamaian terbaru AS berupa 28 poin, yang muncul pekan lalu, mengejutkan banyak pihak di AS, Kyiv, dan Eropa. Rencana ini memunculkan kekhawatiran bahwa pemerintahan Trump bisa menekan Ukraina untuk menerima kesepakatan yang berpihak pada Moskow.
Rencana tersebut mengharuskan Kyiv menyerahkan sebagian wilayah, membatasi kekuatan militernya, dan menutup kemungkinan bergabung dengan NATO, syarat yang telah lama ditolak Ukraina karena dianggap menyerah.
Baca Juga: Abu Dhabi Cari Mitra untuk Garap Proyek Infrastruktur Senilai US$ 54 Miliar
Tekanan kini meningkat terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, yang menghadapi momen paling rentan sejak perang 2022 setelah skandal korupsi menyebabkan dua menterinya dicopot, sementara Rusia mencatat kemajuan di medan perang.
Zelenskiy menyatakan pada Senin bahwa rencana perdamaian terbaru telah mengakomodasi “poin yang tepat” setelah pertemuan di Jenewa, namun isu sensitif masih akan dibahas langsung dengan Trump.
“Setelah Jenewa, poinnya berkurang, tidak lagi 28, dan banyak elemen tepat telah dimasukkan ke dalam kerangka ini,” kata Zelenskiy dalam pidato malamnya. “Tim kami telah melaporkan draft langkah baru, dan ini benar-benar pendekatan yang tepat. Isu paling sensitif akan saya diskusikan dengan Presiden Trump.”
Kremlin menegaskan belum berkomentar mengenai pertemuan Abu Dhabi. “Saat ini, satu-satunya hal substansial adalah proyek Amerika, proyek Trump,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. “Kami percaya ini bisa menjadi dasar yang sangat baik untuk negosiasi.”
Baca Juga: Zelenskiy: Ukraina dan Rusia Akan Gelar Pembicaraan Damai di Turki pada Rabu (23/7)
Koalisi negara pendukung Ukraina, termasuk Inggris dan Prancis, dijadwalkan menggelar pertemuan virtual Selasa.
“Ini inisiatif yang menuju arah yang benar: perdamaian. Namun ada aspek rencana yang perlu didiskusikan, dinegosiasikan, dan diperbaiki,” kata Presiden Prancis Emmanuel Macron kepada radio RTL. “Kami ingin perdamaian, tapi bukan perdamaian yang berarti kapitulasi.”
Macron menegaskan hanya Ukraina yang dapat memutuskan konsesi wilayah yang bersedia diberikan. Ukraina juga seharusnya tidak dibatasi dalam ukuran militernya. Ia menambahkan bahwa aset Rusia yang dibekukan berada di Eropa, dan hanya Eropa yang berhak menentukan langkahnya.
Di sisi lain, Rumania mengerahkan jet tempur untuk melacak drone yang menembus wilayahnya dekat perbatasan dengan Ukraina Selasa pagi, dan salah satu drone masih bergerak lebih dalam ke daratan, kata kementerian pertahanan.
Ketegangan di sepanjang sisi timur Eropa meningkat beberapa bulan terakhir setelah dugaan drone Rusia menembus ruang udara beberapa negara NATO.













