Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Rusia dan Ukraina dijadwalkan menggelar perundingan damai langsung pada Rabu (23/7/2025) di Turki, menandai pertemuan pertama antara kedua pihak dalam lebih dari tujuh pekan.
Delegasi Rusia telah bertolak menuju Turki untuk mengikuti pembicaraan tersebut, menurut pernyataan Kremlin.
Meskipun menjadi momen diplomatik penting, Kremlin memperingatkan agar tidak berharap banyak dari pertemuan ini.
Baca Juga: Zelenskiy: Ukraina dan Rusia Akan Gelar Pembicaraan Damai di Turki pada Rabu (23/7)
“Tentu saja ini akan menjadi pembicaraan yang sangat sulit. Proyek masing-masing pihak sangat bertentangan,” ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.
Perundingan sebelumnya yang berlangsung di Istanbul pada 16 Mei dan 2 Juni hanya menghasilkan pertukaran tawanan perang dan jenazah tentara tanpa kemajuan menuju gencatan senjata. Kedua pertemuan tersebut berlangsung kurang dari tiga jam.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan bahwa agenda utama kali ini mencakup pemulangan tawanan perang dan anak-anak yang menurut Ukraina diculik oleh Rusia, serta persiapan kemungkinan pertemuan langsung antara dirinya dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Namun, Putin sebelumnya menolak ajakan Zelenskiy untuk bertemu langsung dan menyebut Zelenskiy tidak sah sebagai pemimpin karena Ukraina tidak menggelar pemilu setelah masa jabatan presiden berakhir di tengah status darurat militer. Rusia juga membantah tudingan penculikan anak-anak.
Baca Juga: Pejabat AS Dorong Kesepakatan Damai Rusia- Ukraina Pasca Pertemuan di Vatikan
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump pekan lalu mengancam akan menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Rusia dan negara-negara pembeli ekspornya jika kesepakatan damai tidak tercapai dalam 50 hari.
Namun, sumber internal Kremlin menyatakan bahwa Putin tidak terpengaruh oleh ancaman tersebut dan akan terus melanjutkan operasi militer hingga tuntutan Rusia dipenuhi oleh Barat.
Pada hari yang sama, Rusia mengklaim telah menguasai permukiman Varachyne di wilayah Sumy, Ukraina.
Kawasan tersebut disebut sebagai bagian dari “zona penyangga” yang diperintahkan Putin sebagai respons atas serangan Ukraina tahun lalu. Reuters belum dapat mengonfirmasi klaim ini secara independen.
Beberapa pekan terakhir, Rusia meningkatkan intensitas serangan udara ke wilayah Ukraina, termasuk ke ibu kota Kyiv. Ukraina pun membalas dengan serangan drone yang menyebabkan kerusakan signifikan pada pangkalan pembom strategis Rusia.
Baca Juga: Trump Sebut Rusia-Ukraina Setuju Gelar Perundingan, Putin Ucapkan Terima Kasih
Dalam perundingan terakhir pada 2 Juni, Rusia menyampaikan sejumlah tuntutan, antara lain penarikan penuh pasukan Ukraina dari empat wilayah yang diklaim Moskow, pembatasan kekuatan militer Ukraina, peningkatan hak bagi penutur bahasa Rusia, serta status netral Ukraina di luar aliansi seperti NATO.
Zelenskiy menolak tuntutan tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk ultimatum. Ukraina, menurut dia, menginginkan gencatan senjata segera, ganti rugi perang, jaminan keamanan internasional, dan kebebasan menentukan kekuatan militernya.
Kremlin menyatakan bahwa tidak realistis untuk berharap terjadinya keajaiban dari perundingan kali ini.