Sumber: Bloomberg | Editor: Tendi Mahadi
AS sebelumnya secara terbuka berdebat dengan Turki atas pembelian senjata Rusia, khususnya rencananya untuk mengaktifkan sistem pertahanan rudal S-400. Negara ini juga menekan India untuk membatalkan kontrak senilai lebih dari US$ 5 miliar untuk membeli sistem S-400.
Berdasarkan kesepakatan barter yang diumumkan pada Agustus 2017, Indonesia berencana untuk membeli 11 jet tempur Sukhoi Su-35 sebagai imbalan bagi Rusia yang membeli barang-barang seperti karet, minyak kelapa sawit mentah, kopi, teh, furnitur, dan rempah-rempah.
Baca Juga: Panic buying melanda AS, dari Pantai Timur sampai Pantai Barat
Perjanjian tersebut akhirnya ditandatangani oleh mantan Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu pada Februari 2018.
"Bukan rahasia bahwa Amerika Serikat memberikan tekanan yang terang-terangan pada negara-negara yang berniat membeli peralatan pertahanan Rusia," ujar Lyudmila Vorobieva, duta besar Rusia untuk Indonesia.
“Tujuannya jelas, untuk membuat negara-negara ini menolak mendapatkan senjata dari Rusia dan beralih ke Washington. Tentu saja persaingan tidak adil yang melanggar aturan dan norma bisnis yang transparan dan sah,” sebutnya.
Baca Juga: Wall Street melonjak 9% setelah Trump menyatakan darurat nasional corona
Dalam beberapa pertemuan dengan mitra AS, termasuk menteri pertahanan, pejabat Indonesia berulang kali bertanya mengapa mereka diminta untuk tidak membeli jet tempur Rusia, kata pejabat itu. Amerika mengatakan itu hanya kebijakan mereka.