Sumber: CNBC | Editor: Noverius Laoli
Esper mengikuti pernyataan Pompeo dan mengatakan Pentagon "siap untuk menanggapi agresi Iran di masa depan" dan meminta Teheran untuk "bertindak seperti negara normal."
“Kami terus berdiri bahu membahu dengan sekutu dan mitra kami untuk melawan perilaku destabilisasi Iran. Dengan melakukan itu, kami akan melindungi orang-orang kami dan kepentingan kami serta menjaga keamanan negara-negara yang berpikiran sama di seluruh kawasan, ”tambah Esper.
Ketegangan antara Washington dan Teheran telah meningkat setelah penarikan Presiden Donald Trump dari perjanjian nuklir Iran pada tahun 2018, menyebutnya sebagai "kesepakatan terburuk yang pernah ada."
Kesepakatan 2015 mencabut sanksi terhadap Iran yang melumpuhkan ekonominya dan memotong ekspor minyaknya sekitar setengahnya. Sebagai imbalan atas keringanan sanksi, Iran menerima batasan pada program nuklirnya sampai masa berlaku berakhir pada 2025.
Baca Juga: Tak ada lagi embargo, Iran memasuki babak baru
Trump sebelumnya mengatakan bahwa AS ingin mencapai kesepakatan yang lebih luas dengan Iran yang menempatkan batasan yang lebih ketat pada kerja rudal nuklir dan balistiknya serta menekan peran rezim dalam perang proksi regional. Teheran telah menolak untuk bernegosiasi sementara sanksi AS tetap diberlakukan.
Menyusul keluarnya Washington dari kesepakatan nuklir, penandatangan pakta lainnya, Prancis, Jerman, Inggris, Rusia, dan Chinamencoba mempertahankan kesepakatan tersebut.
Awal tahun ini, serangan AS yang menewaskan komandan militer utama Iran memicu rezim tersebut untuk mengurangi kepatuhan terhadap pakta nuklir internasional. Pada bulan Januari, Iran mengatakan tidak akan lagi membatasi kapasitas pengayaan uranium atau penelitian nuklirnya.