kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.387.000   9.000   0,38%
  • USD/IDR 16.655   -35,00   -0,21%
  • IDX 8.559   -43,30   -0,50%
  • KOMPAS100 1.184   -9,05   -0,76%
  • LQ45 856   -8,27   -0,96%
  • ISSI 303   -0,84   -0,28%
  • IDX30 442   -4,10   -0,92%
  • IDXHIDIV20 510   -5,72   -1,11%
  • IDX80 133   -1,18   -0,88%
  • IDXV30 137   -1,08   -0,78%
  • IDXQ30 141   -1,74   -1,22%

AS Mulai Lepas dari China, Tapi Dunia Masih Terjebak Rare Earth Beijing


Rabu, 26 November 2025 / 04:32 WIB
AS Mulai Lepas dari China, Tapi Dunia Masih Terjebak Rare Earth Beijing
ILUSTRASI. Pembangunan proyek rare earth bernilai miliaran dolar di berbagai negara diperkirakan akan membantu Amerika Serikat mengurangi ketergantungannya pada pasokan China. Foto Wikipedia/USDA


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Pembangunan proyek rare earth bernilai miliaran dolar di berbagai negara diperkirakan akan membantu Amerika Serikat mengurangi ketergantungannya pada pasokan China. Namun, upaya tersebut dinilai belum cukup untuk mengurangi dominasi Beijing bagi sebagian besar negara lain.

Berdasarkan analisis Reuters atas data International Energy Agency (IEA), China masih diperkirakan memasok sekitar 60% kebutuhan rare earth global untuk produksi magnet pada 2030. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat kemungkinan mampu memenuhi sekitar 95% kebutuhan nasionalnya dari produksi dalam negeri.

Namun, proyeksi ini bergantung pada asumsi bahwa seluruh proyek rare earth yang sedang dikembangkan dapat selesai dibangun dan beroperasi sesuai jadwal. Para ahli mengingatkan, membangun tambang dan fasilitas pemurnian baru membutuhkan waktu bertahun-tahun, biayanya sangat besar, serta sulit mencari peralatan yang tidak berasal dari China. Selain itu, pasar juga kekurangan tenaga ahli.

Estimasi IEA juga hanya mencakup empat dari 17 unsur rare earth. China masih memegang peran dominan dalam pemrosesan heavy rare earths, subkelompok yang lebih jarang tetapi penting dalam teknologi strategis. 

Baca Juga: Strategi AS Bangun Rantai Pasok Rare Earth Terancam Gagal — China Tetap Penguasa

Diperkirakan pada 2030, negara-negara Barat masih bergantung pada China hingga 91% untuk kebutuhan kelompok unsur tersebut.

“Pada 2030, kita masih akan menghadapi masalah,” ujar Neha Mukherjee, manajer riset di Benchmark Minerals. “Bedanya, jika semua proyek yang sedang direncanakan bisa beroperasi tepat waktu, maka tingkat masalahnya akan lebih kecil dibanding kondisi sekarang.”

Tonton: China Tunda Aturan Ekspor Logam Tanah Jarang dan Lanjutkan Impor Kedelai AS

Kesimpulan 

Proyek rare earth baru di berbagai negara membuka peluang bagi Amerika Serikat untuk hampir mandiri dalam pemenuhan kebutuhan mineral kritis, namun dominasi China tetap sulit digeser secara global. Hambatan teknis, waktu pembangunan, dan penguasaan teknologi pemrosesan membuat pasar internasional masih akan bergantung pada Beijing hingga setidaknya satu dekade ke depan.

Selanjutnya: Saham YUPI Tebar Dividen Rp35,11/Saham, Cermati Jadwal Pembayaran & Cum Date




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×