Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pengiriman paket bom jenis 500 pon ke Israel, namun masih enggan memasok bom jenis 2.000 pon.
Pada bulan Mei lalu, AS menghentikan pengiriman bom seberat 2.000 pon dan 500 pon karena kekhawatiran akan dampak yang mungkin terjadi di Gaza.
Dalam keputusan terbaru yang keluar hari Rabu (10/7), pengiriman jenis bom 500 pon kembali dilanjutkan tetapi tidak dengan bom 2.000 pon.
Satu bom seberat 2.000 pon dapat menembus beton dan logam tebal, sehingga menciptakan radius ledakan yang luas.
Baca Juga: Israel Berencana Caplok 12,7 Km Persegi Lahan di Lembah Yordan
Pemerintah AS khawatir bom berukuran besar itu akan digunakan Israel untuk menyerang Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mengungsi.
Seorang pejabat AS, yang berbicara secara anonim, mengatakan bahwa bom-bom seberat 500 pon itu ditempatkan dalam pengiriman yang sama dengan bom-bom yang lebih besar, sehingga bom-bom tersebut dihentikan sementara dan karena itu tertahan.
Bulan Juni lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim AS telah menahan pasokan senjatanya dan meminta mitranya itu untuk segera mengubah sikap.
Situasi ini sempat membuat tegang hubungan baik antara AS dan Israel.
Baca Juga: Ribuan Paket Bantuan untuk Warga Gaza Tertahan di Israel
AS telah memberi tahu Israel bahwa mereka melepaskan bom seberat 500 pon namun tetap menahan bom yang lebih besar.
Mengutip Reuters, AS telah mengirim setidaknya 14.000 bom MK-84 seberat 2.000 pon, 6.500 bom seberat 500 pon, 3.000 rudal udara-ke-darat berpemandu presisi Hellfire, 1.000 bom penghancur bunker, 2.600 bom berdiameter kecil yang dijatuhkan dari udara, dan amunisi lainnya.
Seluruh pengiriman itu dilakukan selama periode Oktober 2023 hingga Juni 2024.
Hasilnya, serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 38.000 rakyat Palestina dan membuat daerah kantong pesisir itu hancur berantakan.