Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat telah menangguhkan pengiriman senjata ke Israel, termasuk bom berat penghancur bunker yang digunakan pasukan Israel dalam perang melawan pejuang kemerdekaan Palestina Hamas di Gaza. Serangan Israel telah menewaskan hampir 35.000 warga Palestina dalam tujuh bulan terakhir.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengambil tindakan ini sehubungan dengan keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang melancarkan serangan militer ke kota Rafah di Gaza, karena adanya keberatan dari Washington, mengingat banyaknya pengungsi yang rentan di sana.
Baca Juga: Militer Israel Menyerang Beberapa Target di Suriah dan Lebanon
AS sejauh ini merupakan pemasok senjata terbesar bagi sekutu terdekatnya di Timur Tengah. Setelah AS diikuti oleh Jerman – yang dukungan kuatnya terhadap Israel mencerminkan sebagian penebusan Holocaust oleh Nazi Jerman – dan Italia.
Dua negara, Kanada dan Belanda, juga telah menghentikan pasokan senjata ke Israel karena khawatir senjata tersebut dapat digunakan dengan cara yang melanggar hukum kemanusiaan internasional – yang menyebabkan korban sipil dan kehancuran tempat tinggal – di Gaza.
Berikut beberapa rincian pemasok senjata Israel.
- AMERIKA SERIKAT
Menurut para pejabat AS, penundaan pengiriman senjata Amerika Serikat ke Israel terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon (907 kg) dan 1.700 bom seberat 500 pon.
Keputusan tersebut muncul karena kekhawatiran AS mengenai “kegunaan akhir dari bom seberat 2.000 pon tersebut dan dampaknya di wilayah perkotaan yang padat penduduk seperti di Rafah.
Baca Juga: Militer Israel Bongkar Pemakaman Hingga Masjid untuk Mencari Terowongan Hamas
Pada tahun 2016, AS dan Israel menandatangani Nota Kesepahaman 10 tahun ketiga yang mencakup periode 2018-2028 yang menyediakan bantuan militer kepada zionis Israel sebesar US$ 38 miliar, terdiri dari hibah sebesar US$ 33 miliar untuk membeli peralatan militer, dan sistem pertahanan rudal sebesar US$ 5 miliar.
Menurut lembar fakta bulan Maret 2024 yang dikeluarkan oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) Israel telah menerima 69% bantuan militernya dari A.S. pada periode 2019-2023.
Sebagai anak emas Amerika Serikat, zionis Israel adalah operator internasional pertama F-35 Joint Strike Fighter AS. Pesawat tempur F-35 saat ini dianggap sebagai jet tempur paling berteknologi maju yang pernah dibuat AS.
Selain itu, saat ini Israel juga sedang dalam proses membeli 75 unit F-35 dan – pada tahun lalu – telah menerima pengiriman 36 unit, dan pembayarannya juga dengan bantuan duit dari AS.
AS juga telah membantu Israel mengembangkan dan mempersenjatai sistem pertahanan roket jarak pendek Iron Dome. Roket jarak pendek untuk menghalau serangan udara berupa roket jarak jauh dari luar ini dikembangkan setelah perang tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah yang berbasis di Lebanon.
Amerika Serikat telah berulang kali mengirimkan ratusan juta dolar kepada Israel untuk membantu mengisi kembali sistem rudal pencegat tersebut.
Baca Juga: Militer Israel Bergerak ke Arah Rafah dari Gaza, Berbatasan dengan Mesir
Lebih lanjut, Washington telah membantu mendanai pengembangan sistem “David’s Sling” Israel, yang dirancang untuk menembak jatuh roket yang ditembakkan dari jarak 100 km hingga 200 km (62 mil hingga 124 mil).
- JERMAN
Negara kedua pemberi bantuan senjata terbesar kepada Israel adalah Jerman. Persetujuan ekspor pertahanan Jerman ke Israel juga meningkat hampir sepuluh kali lipat menjadi 326,5 juta euro atau setara US$ 351 juta pada tahun 2023. Angka ini naik sepuluh kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berlin menjadikan permintaan izin sebagai prioritas setelah serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel yang memicu perang dan genosida di Gaza.
Menurut kantor pers Jerman DPA, yang pertama kali melaporkan angka tersebut, Jerman terutama memasok bantuan kepada Israel dengan komponen-komponen untuk sistem pertahanan udara dan peralatan komunikasi.
Senjata yang diekspor Jerman ke Israel termasuk 3.000 senjata anti-tank portabel dan 500.000 butir amunisi untuk senjata api otomatis atau semi-otomatis.
DPA juga melaporkan, sebagian besar izin ekspor Jerman diberikan untuk kendaraan darat dan teknologi untuk pengembangan, perakitan, pemeliharaan, dan perbaikan senjata.
Jerman telah memberikan sekitar 30% bantuan militer Israel pada tahun 2019-2023, menurut angka SIPRI.
- ITALIA
Negara ketiga pemberi bantuan senjata kepada Israel adalah Italia. Sumber Kementerian Luar Negeri mengkonfirmasi pada tanggal 9 Mei bahwa Italia, salah satu dari tiga pemasok senjata terbesar Israel bersama dengan Amerika Serikat dan Jerman.
Italia merupakan salah satu negara yang telah menghentikan persetujuan ekspor baru sejak dimulainya perang Gaza. "Semuanya terhenti. Dan pesanan terakhir dikirimkan pada bulan November 2023," kata sumber tersebut kepada Reuters.
Baca Juga: Tiga Warga Palestina Terbunuh dalam Serangan Militer Israel di Kamp Pengungsian
Berdasarkan hukum Italia, ekspor senjata dilarang ke negara-negara yang melancarkan perang dan negara-negara yang dianggap melanggar hak asasi manusia internasional.
Pada bulan Maret, Menteri Pertahanan Guido Crosetto mengatakan Italia terus mengekspor senjata ke Israel tetapi hanya perintah atau terhadap perjanjian yang telah ditandatangani sebelumnya, yang harus dihormati.
Penghentian ekspor senjata oleh Italia ini setelah dilakukan pemeriksaan untuk memastikan persenjataan Italia tersebut tidak digunakan genosida terhadap warga sipil Gaza.
Pada bulan Desember 2023 saja, Italia mengirimkan senjata senilai 1,3 juta euro ke Israel. Angka ini sudah tiga kali lipat dibandingkan jumlah pada bulan yang sama pada tahun 2022.
Italia memberikan sekitar 1% bantuan militer Israel pada tahun 2019-2023, menurut laporan SIPRI, yang dilaporkan termasuk helikopter dan artileri angkatan laut.
- INGGRIS RAYA
Sebagai peringkat ke empat, Inggris bukanlah salah satu pemasok persenjataan terbesar bagi Israel. Berbeda dengan AS, pemerintah Inggris tidak memberikan senjata secara langsung kepada Israel, namun memberikan izin kepada perusahaan mereka untuk menjual senjata kepada Israel. Sering kali penjualan senjata berupa komponen dalam rantai pasokan senjata dari AS seperti komponen jet tempur F-35.
Tahun lalu, Inggris memberikan izin ekspor untuk menjual setidaknya 42 juta pound atau US$ 52,5 juta peralatan pertahanan ke Israel.
Lisensi tersebut ditujukan untuk barang-barang termasuk amunisi, kendaraan udara tak berawak, amunisi senjata ringan dan komponen untuk pesawat terbang, helikopter, dan senapan serbu.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan kepada parlemen pada hari Kamis bahwa Inggris menjalankan salah satu rezim kontrol perizinan yang paling ketat di dunia dan secara berkala meninjau saran mengenai komitmen Israel terhadap hukum kemanusiaan. “Mengenai izin ekspor, berdasarkan penilaian terbaru, tidak ada perubahan,” katanya.
Beberapa partai oposisi sayap kiri di Inggris telah meminta pemerintah untuk mencabut izin ekspor dalam menghadapi melonjaknya angka kematian di Gaza akibat genosida Israel. Selain itu oposisi juga menerbitkan nasihat hukum yang digunakan untuk mencapai penilaian bahwa ekspor senjata dapat dilanjutkan bila tidak ada pelanggaran tersebut.
- KANADA
Peringkat kelima supplier senjata bagi Israel adalah Kanada. Salah satu pemasok Pemerintah Kanada mengatakan pada tanggal 20 Maret bahwa mereka telah menghentikan perizinan ekspor senjata ke Israel sejak 8 Januari 2024.
Pembekuan pengiriman senjata ke Israel ini akan berlanjut sampai Ottawa dapat memastikan senjata tersebut digunakan sesuai dengan hukum kemanusiaan Internasional. Menurut catatan kelompok hak asasi manusia internasional, banyak warga Gaza yang tewas akibat pemboman dan serangan darat Israel adalah warga sipil.
Baca Juga: Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Minta Amerika Potong Bantuan ke Militer Israel
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, Kanada telah mengesahkan izin ekspor baru senilai setidaknya C$ 28,5 juta atau setara US$ 21 juta. Jumlah ini lebih besar dari nilai izin yang mereka terbitkan pada tahun-tahun sebelumnya.
- BELANDA
Negara peringkat keenam penjual senjata mematikan kepada militer Israel adalah Belanda. Pemerintah Belanda menghentikan pengiriman suku cadang jet F-35 ke Israel dari gudang di Belanda pada bulan Februari 2024.
Kebijakan ini bukan murni inisiatif dari pemerintah Belanda, tapi setelah ada keputusan pengadilan banding di Belanda, yang menetapkan bahwa ada risiko suku cadang jet tempur tersebut digunakan oleh tantara Israel untuk pelanggaran hukum kemanusiaan internasional termasuk genosida.
Namun, saat ini Pemerintah Belanda mengajukan banding atas keputusan tersebut agar bisa mengekspor suku cadanga senjata pemusnah massal kepada Israel.