Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Joe Biden pada Kamis, 25 Februari, mengarahkan serangan udara militer Amerika Serikat (AS) di Suriah Timur terhadap fasilitas yang Pentagon katakan sebagai milik milisi yang didukung Iran.
Stasiun televisi Ekhbariya TV milik Pemerintah Suriah melaporkan, seperti dilansir Reuters, serangan itu terjadi pada Jumat dini hari, 26 Februari, terhadap beberapa sasaran di dekat perbatasan Suriah-Irak.
Mengutip sumber medis di sebuah rumahsakit di daerah itu dan sumber-sumber lokal lain yang tidak disebutkan, Ekhbariya TV menyebutkan, 17 orang tewas. Jumlah korban itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.
Keputusan Biden untuk menyerang hanya di Suriah dan bukan di Irak, setidaknya untuk saat ini, memberi Pemerintah Irak ruang bernafas saat melakukan penyelidikan terhadap serangan 15 Februari yang melukai warga AS.
"Atas arahan Presiden (Joe) Biden, pasukan militer AS melakukan serangan udara terhadap infrastruktur yang digunakan oleh kelompok militan yang didukung Iran di Suriah Timur," kata juru bicara Pentagon John Kirby dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: AS serang Teheran lewat peluncuran rudal terhadap milisi yang berbasis di Suriah
"Presiden Biden akan bertindak untuk melindungi personel Amerika dan Koalisi. Pada saat yang sama, kami telah bertindak dengan sengaja yang bertujuan untuk menurunkan situasi keseluruhan di Suriah Timur dan Irak," ujarnya seperti dikutip Reuters.
Kirby menyatakan, serangan itu menghancurkan beberapa fasilitas di titik kontrol perbatasan yang digunakan oleh sejumlah kelompok militan yang didukung Iran, termasuk Kata'ib Hezbollah dan Kata'ib Sayyid al-Shuhada.
Setelah serangan udara AS, menurut situs Pemerintah Iran, Dolat.ir, menteri luar negeri Iran dan Suriah mengadakan pembicaraan dan menggarisbawahi "perlunya negara Barat untuk mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Suriah".
Seorang pejabat AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan kepada Reuters, serangan itu untuk mengirim sinyal bahwa, sementara Amerika Serikat ingin menghukum milisi, Washington tidak ingin situasi berubah menjadi konflik yang lebih besar.
Rusia mengutuk keras serangan udara AS di Suriah. "Kami menyerukan penghormatan tanpa syarat terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Suriah," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, seperti dilansir Reuters.