kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Bangun Kematangan Pribadi, Paus Fransiskus Minta Calon Imam Membaca Puisi dan Fiksi


Rabu, 07 Agustus 2024 / 20:12 WIB
Bangun Kematangan Pribadi, Paus Fransiskus Minta Calon Imam Membaca Puisi dan Fiksi
Paus Fransiskus mengatakan membaca fiksi dan puisi penting bagi Pendidikan calon imam Katolik


Sumber: The Guardian | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  Paus Fransiskus menyatakan bahwa membaca novel dan puisi memiliki nilai penting dalam "jalan menuju kematangan pribadi" dan harus dianjurkan dalam pelatihan calon imam.

Dalam sebuah surat tertanggal 17 Juli yang diterbitkan dalam delapan bahasa pada hari Minggu, Paus mengutip penulis CS Lewis dan Marcel Proust serta penyair TS Eliot dan Paul Celan. 

Ia mengungkapkan kecintaannya pada sastra tragedi, karena menurutnya, karya-karya ini mencerminkan drama pribadi kita sendiri. 

"Dengan menangisi nasib karakter-karakter mereka, kita sebenarnya menangisi diri kita sendiri," tulisnya.

Baca Juga: Jadwal Perjalanan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia dan Asia Tenggara

Fransiskus menilai sastra sering dianggap sebagai "seni minor" dan sekadar hiburan, sehingga dianggap tidak perlu dalam pendidikan calon imam. 

Ia menyebut pandangan ini "tidak sehat" dan dapat menyebabkan "kemiskinan intelektual dan spiritual" yang serius. Ia menyerukan perubahan mendasar dalam pendekatan ini.

Ia juga mengapresiasi bahwa beberapa seminari telah menanggapi "obsesi dengan layar dan berita palsu yang beracun, dangkal, dan penuh kekerasan" dengan memberikan perhatian pada sastra.

Baca Juga: Kunjungan Paus Fransiskus Menjadi Simbol Persahabatan dan Dialog Antarumat Beragama

Antara tahun 1964 dan 1965, saat Fransiskus berusia 28 tahun, ia mengajar sastra di sekolah Jesuit di Santa Fe, Argentina. "Saya mengajar dua tahun terakhir SMA dan memastikan murid-murid saya mempelajari El Cid," tulisnya. 

"Murid-murid tidak senang; mereka meminta membaca García Lorca. Jadi saya memutuskan mereka bisa membaca El Cid di rumah, dan selama pelajaran kami membahas penulis yang mereka sukai."



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×