Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank of Korea (BoK) menyatakan bahwa pihaknya mengambil "pendekatan hati-hati" terkait kemungkinan memasukkan Bitcoin sebagai bagian dari cadangan devisa negara.
Pernyataan ini disampaikan dalam tanggapan tertulis terhadap pertanyaan yang diajukan oleh anggota Komite Perencanaan dan Keuangan Majelis Nasional Korea Selatan, Cha Gyu-geun.
Volatilitas Tinggi Jadi Faktor Penghambat
Bank sentral Korea Selatan menegaskan bahwa mereka belum membahas atau meninjau kemungkinan menyertakan Bitcoin dalam cadangan devisa. Alasan utama di balik keputusan ini adalah volatilitas harga Bitcoin yang sangat tinggi.
Baca Juga: Reli Bitcoin Mulai Melambat, Ini Beberapa Sentimen Penyebabnya
“Volatilitas harga Bitcoin sangat tinggi,” demikian pernyataan resmi Bank of Korea. Mereka juga menambahkan bahwa jika terjadi ketidakstabilan di pasar kripto, biaya transaksi untuk mencairkan Bitcoin bisa meningkat drastis.
Selama 30 hari terakhir, harga Bitcoin berfluktuasi secara ekstrem, mencapai puncaknya di angka $98.000 sebelum turun ke level terendah $76.000. Saat ini, harga Bitcoin berada di sekitar $83.000, mengalami penurunan sekitar 15% sejak 16 Februari 2025, menurut data CoinGecko.
Dampak Keputusan AS terhadap Strategi Finansial Global
Keputusan Bank of Korea ini datang di tengah meningkatnya diskusi global mengenai peran aset kripto dalam strategi keuangan nasional. Hal ini dipicu oleh perintah eksekutif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, awal bulan ini yang menetapkan pembentukan cadangan strategis Bitcoin dan stok aset digital.
Pada seminar yang digelar 6 Maret 2025, para pelobi industri kripto serta beberapa anggota Partai Demokrat Korea Selatan mendesak pemerintah untuk mengintegrasikan Bitcoin ke dalam cadangan nasional dan mengembangkan stablecoin yang didukung oleh won Korea.
Namun, Bank of Korea menegaskan bahwa cadangan devisa mereka harus memiliki likuiditas tinggi, dapat segera digunakan dalam keadaan darurat, dan memiliki peringkat kredit setidaknya pada level investasi. Menurut bank sentral, Bitcoin tidak memenuhi kriteria tersebut.
Pendapat Pakar Ekonomi Korea
Profesor Yang Jun-seok dari Universitas Katolik Korea berpendapat bahwa "lebih tepat jika cadangan devisa dipegang dalam proporsi yang sesuai dengan mata uang negara mitra dagang kita."
Baca Juga: Beberapa Meme Coin Ini Naik Signifikan, Mana yang Layak Diperhitungkan?
Sementara itu, Profesor Kang Tae-soo dari KAIST Graduate School of Finance menyatakan bahwa Amerika Serikat kemungkinan besar akan lebih mengandalkan stablecoin daripada Bitcoin untuk mempertahankan dominasi dolar di pasar global.
“Penting untuk melihat apakah Dana Moneter Internasional (IMF) akan mengakui stablecoin sebagai cadangan devisa di masa depan,” tambahnya.
Awal bulan ini, regulator keuangan Korea Selatan juga meninjau tren legislatif yang diadopsi oleh Badan Layanan Keuangan Jepang (FSA) terkait aset kripto.
Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari pertimbangan pemerintah Korea Selatan untuk mencabut larangan terhadap dana yang diperdagangkan di bursa (exchange-traded funds/ETF) berbasis kripto di negara tersebut.