Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - DAMASKUS. Presiden Suriah Bashar al Assad secara terbuka memuji kehadiran militer Rusia di negaranya. Ia mengungkap bahwa tentara Rusia mampu membantu melawan pengaruh kekuatan Barat.
Dalam wawancaranya dengan media Rusia, Zvezda, Assad mengatakan dua pangkalan utama Rusia penting untuk melawan kehadiran militer Barat di wilayah tersebut.
"Keseimbangan militer global memerlukan peran Rusia, hal ini membutuhkan pangkalan militer Rusia. Kita (Suriah) mendapatkan manfaat dari ini," ungkap Assad kepada Saluran TV Kementerian Pertahanan Rusia Zvezda yang dikutip Reuters.
Di samping pangkalan Hmeimim, Rusia juga mengontrol fasilitas angkatan laut Tartus di Suriah. Pangkalan angkatan laut tersebut juga menjadi satu-satunya pangkalan laut di Mediterania sejak era Uni Soviet.
Baca Juga: Jika syarat ini dipenuhi, Azerbaijan bersedia lakukan gencatan senjata
Rusia telah menempatkan pasukannya di Suriah sejak tahun 2015 silam. Kehadirannya mulai diperkuat pada tahun 2017 menyusul kesepakatan kedua negara yang dicapai di Damaskus.
Sebuah dokumen pemerintah Rusia yang diterbitkan Agustus lalu menunjukkan bahwa pihak berwenang Suriah telah setuju untuk memberi Rusia tambahan tanah dan perairan pesisir untuk memperluas pangkalan udara militernya di Hmeimim.
Assad mengakui bahwa sebelum kehadiran militer Rusia, militer Suriah menghadapi situasi berbahaya melawan pihak oposisi bersenjata, yang diduga secara langsung didanai oleh AS dan kekuatan Barat lainnya, termasuk Qatar dan Arab Saudi.
Rusia klaim operasi militernya di Suriah sukses
Dalam rangka memperingati 5 tahun masa operasi militer Rusia di Suriah, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu percaya diri bahwa hal tersebut memberikan pengalaman berarti pada para prajurit.
Baca Juga: Hari ini dalam sejarah: Perang Irak-Iran pecah, jadi perang terlama di era modern
Shoigu melaporkan bahwa pasukan Rusia yang bertugas di Suriah telah menggugurkan lebih dari 133.000 orang militan. Jumlah itu tercatat selama 5 tahun masa operasi militer Rusia di Suriah.
Operasi militer Pasukan Dirgantara Rusia di Suriah resmi dimulai pada 30 September 2015, tepat 5 tahun yang lalu. Tidak hanya dari kelompok militan, pasukan Rusia juga berhasil menghabisi ratusan pemimpin geng yang cukup meresahkan.
"Sebanyak 865 pemimpin geng dan lebih dari 133.000 militan, termasuk di antaranya 4.500 militan dari Federasi Rusia dan negara-negara CIS, telah dieliminasi," ungkap laporan Shoigu yang dirilis di surat kabar Zvezda.
Shoigu meyakinkan bahwa operasi militer Rusia di Suriah telah menunjukkan peningkatan kemampuan fundamental dari Angkatan Bersenjata Rusia.
Ada sebanyak 98% personel unit polisi militer, 90% pilot militer, dan 60% pelaut telah memperoleh pengalaman tempur yang nyata selama menjadi bagian dalam operasi militer Rusia di Suriah.