Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Pemerintah Korea Utara pada hari Kamis (16/6) melaporkan ditemukannya wabah penyakit baru yang menyerang saluran pencernaan. Untuk saat ini sumber penyakit masih belum teridentifikasi.
Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, melaporkan bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah mengirim obat-obatan ke kota Haeju pada hari Rabu (15/6) untuk membantu pasien yang menderita "epidemi enterik akut" tersebut.
Laporan KCNA tidak menjelaskan secara rinci berapa jumlah orang yang terinfeksi serta detail penyakit tersebut. Namun, secara umum enterik mengacu pada usus dan saluran pencernaan.
Menyusul munculnya penyakit misterius tersebut, Kim menekankan perlunya membendung epidemi sedini mungkin dengan mengambil tindakan yang baik untuk mengkarantina kasus yang dicurigai untuk secara menyeluruh mengekang penyebarannya.
Baca Juga: Korea Utara Ditaksir Habiskan US$ 642 Juta untuk Program Nuklir di Tahun 2021
Otoritas kesehatan juga harus mengkonfirmasi kasus melalui pemeriksaan epidemiologi dan tes ilmiah.
Wabah baru ini memerikan pukulan tambahan kepada Korea Utara yang hingga kini masih kesulitan menangani wabah Covid-19, yang oleh negara itu diidentifikasi sebagai demam. Korea Utara kini berada di bawah ancaman kekurangan vaksin dan pasokan medis lainnya.
Dikutip dari Reuters, Korea Utara melaporkan 26.010 kasus demam baru pada hari Kamis. Dengan ini, jumlah kasus serupa yang tercatat sejak akhir April telah mendekati 4,56 juta. Sementara korban meninggal akibat penyakit itu telah mencapai 73 orang.
Korea Utara diprediksi telah kekurangan alat tes, sehingga jumlah pasien demam diduga Covid-19 di negara itu bisa jauh lebih banyak dari yang dilaporkan. Para ahli pun meragukan keakuratan angka-angka yang dilaporkan pemerintah Korea Utara melalui saluran berita yang mereka kendalikan.
Baca Juga: Pasien Suspek Covid-19 di Korea Utara Mulai Turun di Bawah 60.000 per Hari
Awal bulan ini WHO telah menyampaikan keraguannya atas klaim Korea Utara yang menyatakan tela berhasil mengendalikan wabah Covid-19. WHO justru menganggap situasinya kini semakin buruk.
Kepala program darurat WHO, Mike Ryan, menyayangkan tidak adanya data independen dari pemerintah setempat. Sejauh ini Korea Utara hanya mendeteksi wabah sebagai penyakit demam.
Ryan menegaskan bahwa WHO tidak memiliki akses ke informasi penting apa pun di luar jumlah yang dilaporkan secara publik oleh media pemerintah.
Untuk sementara, WHO bekerja dengan tetangga seperti Korea Selatan dan Cina untuk mencoba mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang situasi di Korea Utara.