Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
China mengklaim bahwa orang-orang itu menghadiri pusat pelatihan kejuruan yang memberi mereka pekerjaan dan membantu mereka berintegrasi ke dalam masyarakat Tiongkok demi mencegah terorisme.
Hal itu menimbulkan kekhawatiran apakah kerja paksa telah digunakan dalam produksi kapas di wilayah tersebut. Nury Turkel, ketua Proyek Hak Asasi Manusia Uighur di Washington, mengatakan orang-orang Uighur itu ditahan, disiksa dan disapu ke dalam sistem kerja paksa yang luas di Xinjiang.
Baca Juga: Bursa Asia kompak menguat pada perdagangan terakhir pekan ini
Dalam kesaksian kepada kongres AS, ia mengatakan bahwa semakin sulit untuk mengabaikan fakta bahwa barang-barang yang diproduksi di wilayah tersebut memiliki kemungkinan besar diproduksi dengan kerja paksa.
Amy Lehr, direktur CSIS Human Rights Initiative, mengatakan dalam banyak kasus, perusahaan-perusahaan Barat tidak membeli langsung dari pabrik-pabrik di Xinjiang. "Sebaliknya, produk mungkin melewati beberapa tahap transformasi setelah meninggalkan Xinjiang sebelum mereka dikirim ke merek-merek besar dari Barat," katanya.