Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - VATIKAN. Sepanjang sejarah Gereja Katolik, berbagai upaya dari pihak luar telah dilakukan untuk memengaruhi hasil konklaf pemilihan paus, baik oleh raja-raja Eropa, keluarga bangsawan Italia, maupun warga Roma yang pernah turun ke jalan demi mendukung kandidat pilihan mereka.
Di era modern, pengaruh tersebut datang dalam bentuk baru melalui media sosial, wawancara televisi dan surat kabar, konferensi pers, surat terbuka, hingga aksi simbolik seperti asap merah muda.
Kampanye untuk memengaruhi hasil konklaf dimulai segera setelah diumumkannya wafatnya Paus Fransiskus pada hari Senin Paskah. Kampanye ini diperkirakan akan berakhir pada Rabu sore saat para kardinal pemilih resmi dikarantina dan tidak lagi memiliki akses ke dunia luar hingga paus baru terpilih.
Baca Juga: Benarkah Kardinal Suharyo Ikut Konklaf Pemilihan Paus Baru di Vatikan? Cek Jawabannya
Dua peristiwa menonjol dalam beberapa hari terakhir dianggap sebagai upaya yang disengaja untuk menjatuhkan kandidat kuat dengan cara-cara yang licik.
Salah satu peristiwa terjadi Kamis lalu, ketika media sosial Katolik konservatif di Amerika Serikat serta situs berita konservatif di Italia menyebarkan kabar bahwa Kardinal Pietro Parolin—yang termasuk dalam jajaran kandidat terdepan mengalami gangguan kesehatan dan harus menjalani perawatan selama satu jam.
Juru bicara Vatikan membantah laporan tersebut secara tegas dan menyebutnya tidak benar. Media Italia menilai bahwa kabar itu merupakan usaha untuk “meracuni” peluang Parolin dengan menyiratkan bahwa kondisi fisiknya tidak memungkinkan untuk menjalankan tugas sebagai paus.
Kardinal Francesco Coccopalmerio menyatakan kepada salah satu surat kabar Italia, “Ini adalah upaya yang jelas untuk menghukum Parolin.”
Baca Juga: Akankah Kardinal Pilih Paus dari Luar Lingkaran Vatikan Seperti Fransiskus?
Beberapa hari setelah wafatnya Paus Fransiskus, video lama dari tahun 2019 yang memperlihatkan Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina menyanyikan potongan lagu "Imagine" karya John Lennon kembali muncul di media sosial.
Kalangan konservatif Katolik dari Amerika Serikat dan Italia mengecam Tagle dan menyebut aksinya sebagai bid’ah.
Salah satu situs tradisionalis Italia bahkan menulis: “Apakah ini yang kita inginkan sebagai paus?” Para pendukung Tagle membela sang kardinal, dengan menyatakan bahwa lagu yang dinyanyikannya hanyalah cuplikan pendek yang tidak memuat lirik tentang ketiadaan surga dan agama.
“Dari kanan dan dari kiri, berita palsu tentang kemungkinan paus menyebar luas,” tulis Paolo Rodari, komentator Vatikan dari radio dan televisi RSI Swiss.